JATENGPOS.CO.ID, – Mengapa selalu harus ada materi aksara Jawa dalam pembelajaran bahasa Jawa? Mungkin seperti itulah pertanyaan yang ada di benak sebagian besar siswa. Banyak yang menganggap kuno dan tidak ada gunanya dipelajari, karena sudah tidak dipakai dalam kehidupan sehari- hari. Anggapan yang mungkin saja tercetus bahkan dari masyarakat Jawa sendiri. Padahaljika dikaji lebih dalam, banyak hal yang terkandung dari aksara Jawa. Selain merupakan lambang peradaban bangsa, aksara Jawa menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dalam pelestarian bahasa dan budaya Jawa.
Untuk menggugah kesadaran generasi muda supaya lebih mempunyai minat mempelajari aksara Jawa, dalam kurikulum bahasa Jawa di setiap jenjang ada materi membaca dan menulis dengan aksara Jawa. Namun tidak jarang, siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru harus mencari teknik pembelajaran yang menarik supaya pembelajaran materi aksara Jawa menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Hal yang tidak boleh ditinggalkan guru dalam mengajar adalah memberikan apersepsi. Dengan apersepsi, siswa akan diarahkan guru tentang pentingnya mempelajari materi aksara Jawa, karena apersepsi memiliki kaitan erat dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari- hari. Setelah siswa memahami pentingnya mempelajari aksara Jawa, guru harus mencari metode yang membuat siswa lebih mudah dan bersemangat mempelajarinya. Memang di jaman yang serba canggih sekarang ini, sudah banyak aplikasi dari komputer ataupun internet yang memudahkan kita untuk mempelajari aksara Jawa. Tetapi, untuk siswa yang berada di sekolah pinggiran dan tidak semua memiliki fasilitas yang memadai, pembelajaran seperti itu sulit untuk dilakukan. Harus dipikirkan carayang lebih sederhana namun efektif. Menurut penulis, teknik PATUH dan SUKA dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat, terutama untuk siswa kelas VII. Penulis akan menjabarkan kata PATUH menjadi pahami, tulis dengan teliti, dan hafalkan. Kata SUKA adalah teknik susun kata menggunakan kartu bertuliskan aksara Jawa.
Teknik PATUHyang pertama adalah pahami, Karena aksara Jawa mempunyai karakteristik unik dengan bentuk yang sangat berbeda dengan tulisan latin, pasti membuat siswa harus memahami terlebih dahulu bentuk dan jenisnya. Bentuk ‘ha’ yang mirip dengan ‘la’, aksara ‘na’ yang hampir sama dengan ‘da’ dan lain sebagainya., harus dipahami dengan seksama. Setelah paham bentuk, berikutnya adalah paham jenisnya. Aksara Jawa yang terdiri dari aksara nglegena (aksara Jawa utuh), sandhangan atau pasangan harus diamati dan dipahami dengan benar. Siswa harus bisa membedakan ketiga jenis aksara Jawa tersebut.
Setelah paham, langkah kedua adalah tulis dengan teliti. Karena hurufnya yang berjumlah 20 mempunyai bentuk yang mirip, siswa harus belajar menulis masing-masing huruf tersebut dengan benar, supaya tidak terjadi kesalahan jenis hurufnya. Dengan berlatih menulis, diharapkan siswa lebih dapat membedakan huruf- huruf Jawa yang ada. Langkah ketiga adalah hafalkan. Setelah paham dan mampu menulis bentuk hurufnya, siswa harus berlatih menghafalnya, bisa dengan cara memperbanyak latihan soal ataupun bertanya jawab.
Ketika teknik patuh sudah dilakukan, selanjutnya guru dapat memfasilitasi siswa untuk melanjutkan dengan teknikSUKA atau susun kata. Sebelumnya, guru membentuk kelompok kecil beranggota 4-5 anak. Tiap kelompok diberi kartu bertuliskan huruf Jawa sesuai dengan jumlah anggota. Tugas masing-masing kelompok adalah mengalihaksarakannya menjadi tulisan latin, kemudian disusun menjadi kalimat yang utuh dalam tiap kelompok.Kelompok yang paling cepat menyelesaikan tugasnya diberi reward, demikian juga kelompok yang paling akhir akan diberi hukuman ringan sesuai kesepakatan. Setelah masing- masing kelompok kecil selesei dengan tugasnya, guru memandu kelompok di kelas untuk menyusun kalimat yang runtut, sehingga dapat tersusun paragraf yang baik sesuai wacana. Dengan melakukan patuh dan suka, pembelajaran akan berjalan tertib dan tidak membosankan.
Fatimah Eny Astuti, S.S
Guru SMP N 5 Kepil Wonosobo