PBL Tingkatkan Prestasi Belajar Keragaman Budaya Indonesia

IPAS adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum merdeka. Mata pelajaran ini merupakan gabungan antara IPA dan IPS dan hanya ada di struktur kurikulum sekolah dasar. Pendidikan IPAS mempunyai peran dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran ideal profil peserta didik Indonesia. IPAS dapat membantu peserta didik dalam menumbuhkan keingintahuannya terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Keingintahuan ini dapat memicu peserta didik untuk memahami bagaimana alam semesta dapat bekerja dan berinteraksi dengan kehidupan manusia di muka bumi. Oleh karena itu, pemahaman ini bisa dimanfaatkan peserta didik untuk mengindetifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusinya untuk dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, serta budaya yang berbeda-beda. Keberagaman ini telah disadari para pendiri negara kita, sehingga melahirkan suatu semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang diartikan berbeda-beda akan tetapi tetap satu. Prinsip Bhineka Tunggal Ika ini dimaksudkan agar semua komponen bangsa dapat menyadari, bahwa keberagaman tersebut dapat menimbulkan suatu dampak, baik positif maupun negatif. Secara garis besar keragaman dapat kita sebut sebagai suatu hal yang berbeda-beda. Keragaman tersebut terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda. Keberagaman itu berpengaruh terhadap tinghak laku, sikap, serta pola fikir manusia. Oleh karena itu manusia memiliki cara, kebiasaan, aturan-aturan atau bahkan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Keberagaman di Indonesia tercermin karena banyaknya ras, bahasa daerah serta budaya yang beragam (Hanum dan Raharja, 2013).

Baca juga:  Tanamkan Tata Krama Kepada Siswa Di Sekolah

Berdasarkan hasil observasi kelas IV di SD Negeri 2 Banyuurip jumlah siswa sebanyak 7 siswa. Untuk kegiatan pembelajaran, masih dijumpai beberapa permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) antara lain guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya jawab sehingga siswa tidak terangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Selain masalah tersebut masih juga dijumpai bahwa siswa dalam melaksanakan diskusi di kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga menjadi rendah. Berdasarkan uraian tersebut, ditemukan masalah kurangnya tingkat penguasaan konsep siswa disebabkan proses pembelajaran yang tidak berorientasi pada masalah. Sehingga diperlukan model pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi siswa untuk menjadi belajar secara aktif dalam menyelesaikan masalah.

Baca juga:  Home Visit, Tingkatkan Minat Belajar Matematika Siswa

Pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktifkepada siswa (Dewi dan Jatiningsih, 2015). PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

iklan

Langkah-langkah PBL sebagaimana dikemukakan Arends (2012:411) yaitu pertama, guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik. Kedua, guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi peran/tugas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan data/informasi melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Keempat, guru membimbing peserta didik untuk  menentukan penyelesaikan  masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Kelima, guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

Baca juga:  E-leraning tingkatkan kreatifitas guru dan peserta didik

Dengan model pembelajaran Problem Based Learning siswa belajar untuk memecahkan suatu masalah dengan pengetahuan yang dimiliki dan siswa juga akan berusaha mengingat kembali pengetahuan yang pernah dia dapat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam PBL siswa dituntut untuk berpikir secara luas dan cerdas agar mendapatkan solusi untuk permasalahan yang diajukan oleh guru. Siswa juga dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Dengan sistem PBL ini maka kegiatan belajar keragaman budaya Indonesia akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa akan lebih memahami dan mengerti bahwa ilmu yang mereka dapat bisa mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata.

Oleh :

Denni Purbawati, S.Pd

SD Negeri 2 Banyuurip Temanggung

iklan