Menghafal Al Qur’an menjadi gaya pendidikan yang kian ramai dijalani saat ini. hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya pondok pesantren modern yang berciri khas lebih menonjolkan hafalan Al Qur’an. Pesantren tersebut mampu mendorong para santrinya untuk menghafal Al Qur’an 30 juz. Di sisi lain kita perlu prihatin dengan perkembangan para peserta didik yang beragama Islam di sekolah negeri,masih banyak dijumpai diantara mereka buta terhadap huruf-huruf Al Qur’an. Padahal dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ( PAI BP) siswa dituntut harus bisa membaca Al Qur’an. Karena semua materi pelajaran PAI baik dikelas X,XI, maupun XII membahas secara mendalam tentang ayat Al Qur’an. Hal ini terungkap saat ada pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI di salah satu kabupaten di Jawa Tengah di Aula SMK N 2 Sragen pada bulan November 2018, banyak guru menyampaikan akan kondisi dari peserta didiknya yang masih buta huruf Al qur’an.
Kondisi tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut sebab akan menghambat dalam proses kegiatan belajar mangajar ( KBM). Padahal seperti yang kita ketahui Bersama mata pelajaran PAIBP merupakan mata pelajaran wajib yang mempunyai tugas utam dalam membentuk karakter peserta didik. Dikerenakan terbatasnya waktu pendidik PAIBP dalam mengajar di kelas, salah satu solusi yang bisa dipraktekkan adalah dengan metode Peer Tutoring (Tutor sebaya).
Metode Peer Tutoring (tutor sebaya) merupakan metode yang memberikan ruang kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu belajar siswa lainya dalam tingkat kelas yang sama ( Djalil Aria dkk, 2001: 38) Adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya, pendidik dapat meminta bantuan kepada anak-anak untuk membantu menerangkan kepada teman-teman sekelasnya tentang cara membaca huruf al Qur’an dengan baik dan benar. Bagaimana penerapan metode ini agar bisa berhasil mengurangi siswa yang buta akan huruf Al Qur’an dan berjalan secara efektif?
Pertama pendidik memilih beberapa peserta didik 5-8 siswa yang mempunyai kemampuan lebih dalam membaca Al Qur’an sebagai tutor, kedua pendidik membagi siswa menjadi 5-8 kelompok, tiap kelompok beranggotakan 4-6 siswa, ketiga pendidik memberi penjelasan kepada peserta didik yang menjadi tutor sebaya, poin-poin penting tentang makharijul huruf maupun tentang tajwid, keempat pendidik memberi saran-saran kepada tutor sebaya agar bisa menggunakan metode yang tepat dalam membimbing teman-temanya sehingga teman-temanya bisa menikmati pembelajaran dan tidak mudah bosan dalam membaca huruf-huruf Al Qur’an.
Kelima apabila semua peserta didik sudah siap pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik yang menjadi tutor sebaya untuk membimbing teman-temanya dalam membaca huruf-huruf Al Qur’an, Keenam pendidik mengatur waktu seefisien mungkin agar kegiatan belajar mengajar bisa mencapai target yang diinginkan. Ketujuh pendidik berkeliling kelas untuk mengamati dan mengawasi proses kegiatan belajar mengajar sekaligus memberikan klarifikasi sekiranya diperlukan.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pelaksanaan metode peer tutoring ini guru PAIBP diharapkan merencanakan sebaik mungkin dan dilaksanakan secara rutin serta berkesinambungan, kerjasama yang baik antara pendidik, tutor sebaya dan peserta didik menjadi kunci keberhasilan metode ini. Sehinggga diharapkan target dalam memberantas buta huruf Al Qur’an dan menciptakan generasi Qur’ani bagi anak didik genarasi penerus bangsa ini dapat terwujud dengan baik .
Yanto, M.Pd.I
Guru PAI SMK Negeri 1 Gesi, Sragen