Paradigma baru dalam pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang seimbang dengan alam yang berjalan secara lestari dan berkesinambungan melalui penggunaan bahan-bahan organik.
Mengacu pada paradigma tersebut dan menimbang potensi limbah padat organik, maka sangat penting mempelajari karakteristik yang terkait dengan pemanfaatannya sebagai bahan mulsa.
Mulsa adalah bahan dari sisa-sisa tanaman, kertas atau plastik yang diberikan di atas tanah untuk melindungi akar tanaman dari kekeringan, cuaca panas atau dingin. Selain itu, penggunaan mulsa organik dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah sehingga mempunyai kesempatan untuk menanam lebih dari satu kali pada bedengan sama.
Kandungan lengas tanah yang rendah pada lahan kering tadah hujan yang menggantungkan sumber air di musim penghujan perlu diupayakan strategi konservasi lengas untuk mengurangi biaya usaha tani pemberian air irigasi untuk budidaya tanaman. Peranan mulsa dalam konservasi tanah dan air adalah: (a) melindungi tanah dari butir-butir hujan, `sehingga erosi dapat dikurangi, tanah tidak mudah menjadi padat; (b) mengurangi penguapan (evaporasi), ini sangat bermanfaat pada musim kemarau karena pemanfaatan air (lengas tanah) menjadi lebih efisien; (c) menciptakan kondisi lingkungan (dalam tanah) yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (d) setelah melapuk bahan mulsa akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah; dan (e) menekan pertumbuhan gulma.
Umumnya petani cabai dalam budidayanya menggunakan mulsa plastikpolyetilen, namun demikian menimbulkan beberapa masalah, yaitu;
(1) polusi terhadap lingkungan mengingat mulsa polyetilen tidak biodegradable, (2) input bagi usaha tani menjadi lebih tinggi dengan semakin mahalnya mulsa plastik dan (3) menyulitkan pemupukan setelah mulsa terpasang pada bedengan tanam dan (4) aplikasi mulsa polyetilen hanya ekonomis untuk tanaman yang nilai jualnya tinggi.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut maka mulsa organik perlu dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil cabai melalui
modifikasi lingkungan mikro.Modifikasi iklim mikro disekitar tanaman cabai merupakan suatu usaha agar tanaman yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Kelembaban udara dan tanah, suhu udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan lingkungan optimal bagi tanaman. penggunaan mulsa anorganik antara lain dapat mempercepat tanaman berproduksi, meningkatkan hasil per satuan luas, efisien dalam penggunaan pupuk dan air, mengurangi erosi akibat hujan dan angin, mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman, menghambat pertumbuhan gulma, mencegah pemadatan tanah dan mempunyai kesempatan untuk menanam pada bedengan yang sama lebih dari satu kali.
Penutup tanah bahan organik yang berwarna muda seperti jerami padi dapat memantulkan bagian besar dari radiasi matahari, menghambat kehilangan panas karena radiasi, meningkatkan penyusupan air dan mengurangi penguapan air dari permukaan tanah. Penutup tanah bahan organik yang berwarna muda dapat memantulkan bagian besar dari radiasi matahari, menghambat kehilangan panas karena radiasi, meningkatkan penyusupan air dan mengurangi penguapan air dari permukaan tanah.
Usaha tani cabai dengan memanfaatkan mulsa jerami selain mengurangi polusi dari limbah mulsa plastik juga dapat menekan biaya input sarana produksi pertanian hingga 15% mengingat harga mulsa poliethylen 1 roll dengan panjang 600 m dan lebar 120 cm mencapai Rp. 620.000,-, sedangkan bahan mulsa jerami setelah musim panen padi cukup banyak tersedia dan belum dimanfaatkan oleh petani.
Zona perakaran tanaman yang diberi mulsa dicukupi oksigen dan mempunyai aerasi yang baik sehingga aktivitas mikrobia tanah meningkat, gas CO2 yang dihasilkan oleh akar atau aktivitas mikrobia tanah dalam merombak bahan organik menciptakan chimney effect bagi tanaman dan dimanfaatkan optimal dalam proses fotosintesis. (*)
Oleh: Puji Harsono (Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
UNS Surakarta)