Pendidik yang baik selalu memperhatikan kebutuhan dasar tiap individu dengan penuh kesadaran dan perencanaan. Pendidik harus berpikir efektif mengenai belajar dan mengajar dan harus mengenal siswanya sebagai pribadi individu yang unik, serta secara proaktif menciptakan bermacam cara untuk mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah.Berbicara bagaimana menjadi pendidik yang baik.Dalam hal ini pembelajaran berdiferensiasi bias menjadi rujukan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan karakter, kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa tersebut. Pembelajaran ini lebih memfokuskan proses dan konten/materi dari pada produk pembelajaran. Guru diharapkan mencari berbagai strategi untuk membantu beragam siswa agar semua bias berhasil.
Menurut Tomilson (2008), makna Diferensiasi adalah suatu pendekatan sistematis untuk merancang kurikulum dan instruksi pembelajaran bagi siswa yang beragam kemampuan, minat serta kebutuhan belajarnya. “A systematic to planning curriculum and instruction for academically diverse learners“ that provides students of different abilities, interests and learning needs equally appropriate ways to learn”
Langkah pembelajaran diferensiasi yaitu: (1)merencanakan kelas berdiferensiasi,(2) mendiagnosa kesiapan siswa, (3) mengatur kelas dengan mengembangkan ‘template’(sebuah dokumen atau file yang didalamnya berisi kumpulan rekaman seperti pengaturan warna, exposure, kontrast, saturation, clarity, highlight yang telah diatur sebaik mungkin dan tersimpan baik yang digunakan sebagai titik awal untuk aplikasi tertentu sehingga format tidak harus diciptakan kembali setiap kali digunakan”,template berfungsi untuk mengatur tugas siswa, (4) menilai siswa setiap saat yang merupakan bagian terpadu dalam pembelajaran, (5) mengkolaborasikan peran guru dan siswa, guru menjadi fasilitator dan pembimbing, sedangkan siswa menjadi pelajar aktif dalam proses belajar di kelas. Siswa membuat pilihan berdasarkan minat dan pilihan belajar mereka, belajar sendiri, saling menjadi tutor sebaya dengan temannya, dan bekerja dalam varian kelompok dan(6)menyiapkan lingkungan belajar yang memiliki banyak ragam aktivitas belajar dan ragam situasi pengelompokan belajar.
Faktor pendukung utama untuk optimalisasi kelas berdiferensiasi meliputi: (1)buku dan bahan cetak lain yang dibutuhkan, (2) perpustakaan sebagai pusat belajar dengan sumber belajar yang variatif yang mendukung keragaman karakter, kesiapan, minat dan gaya belajar siswa yang berbeda, (3) alat peraga dan perlengkapan pembelajaran yang berhubungan dengan pembelajaran berdiferensiasi, seperti kotak saran, boxfile (tempat untuk portfolio), meja portable,(4)mini-lab dengan computer dan printer di kelas, (5) jadwal untuk bertemu dan berkolaborasi antar mata pelajaran, topik dengan beda usia atau tingkatan kelompok, (6)tim penilai yang dibentuk untuk bekerjasama dan berkolaborasi dalam memberikan pendampingan dan evaluasi, (7) peran walikelas untuk bertemu dan bekerjasama dengan guru spesialis mata pelajaran, dan(8)pengaturan pertemuan harian, penggunaan fasilitas dan ruang serta alokasi pemanfaatan sumber belajar.
Peran kepala sekolah dalam pembelajaran diferensiasi antara lain; mengembangkan visi dan misi sekolah bersama komponen warga sekolah, mengembangkan profesionalisme berkelanjutan bagi dirinya dan pendidik serta tenaga kependidikan, mendesain strategi pengelolaan sekolah yang lebih kondusif kearah pembelajaran yang lebih personal, dan meneguhkan kepercayaan di antara siswa, guru dan administrator sekolah. Dengan komitmen yang tinggi untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi,sekolah-sekolah diharapkan dapat menjamin mutu pendidikan di masing-masing satuan pendidikan, sehingga kemajemukan karakter siswa dalam belajar dapat terlayani dengan baik di masa pandemi covid 19 ini.
Oleh :
Slamet Budiyono, S.Pd.–
Kepala SMP Negeri 38 Purworejo