Dengan terpusat pengembangkan sifat, watak, dan akhlak, di era globalisasi dan digitalisasi yang semua pengetahuan tersedia tanpa batas, pendidikan karakter harusnya memang merupakan pusat dari kegiatan pendidikan, termasuk pendidikan matematika. Di dalam artikel ini disajikan pula ide pemanfaatan kegiatan belajar anak untuk pengembangan karakter. Terakhir, penulis mengemukakan tentang perlunya penerapan Project Based Learning untuk pengembangan karakter.
Gotong royong mungkin bisa dipadankan dengan istilah cooperative atau collaborative. Orang dengan karakter gotong royong adalah orang yang menghargai semangat untuk saling bekerja sama, bahu membahu dalam menghadapi dan memecahkan masalah Orang
Program Penguatan Pendidikan Karakter,Menyemaikan pemahaman yang baik tentang keadilan. Kepada siswa kita berikan suatu kasus dimana dua orang (Amir dan Badrun) bekerjasama dalam suatu kegiatan bisnis. Kita sajikan pula adanya beberapa skenario pembagian keuntungan yang didapat mereka. Kita tanyakan kepada para siswa tentang skenario pembagian yang mana yang dirasa adil oleh mereka. Kita ajak mereka mengemukakan alasan dan teman lainnya memberikan komentar dengan cara yang sopan. Menyemai dan membangkitkan Karakter Selalu Ingin Tahu, Percaya Diri, dan Gigih.
Bilangan Fritzs Kita sajikan sebuah jenis bilangan baru, dan namakan bilangan itu dengan sesuatu yang aneh yang belum pernah didengar oleh siswa, sebut saja dalam hal ini adalah Bilangan Fritzs.
Bilangan ini sebenarnya hanyalah rekayasa semata. Di dalam maematika kita mungkin tidak pernah kenal dengan jenis bilangan ini. Termotivasi untuk belajar dari anak yang kurang mampu dan tumbuh kegiatan komunikasi matematis yang akan membangun keterampilan komunikasi siswa.
Menyemaikan Karakter Pemimpin, salah satu kompetensi yang perlu dikembangkan dalam belajar matematika adalah mengurutkan bilangan bulat. Untuk bisa memiliki kompetensi ini, tentulah siswa harus mampu membandingkan dua bilangan bulat dengan menentukan dengan tepat mana bilangan yang lebih besar sama, atau lebih kecil. Untuk itu, kita bisa memberikan penugasan kepada
Kita bisa yakinkan mereka akan pentingnya kegiatan proses berpikir dalam kegiatan pemeahan masalah.
Kegiatan belajar yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: (a) mendemonstrasikan, (b) menghasilkan kalimat/pernyataan/pendapat, (c) mendeskriripsikan suatu obyek atau konsep secara matematis, (d) membuat suatu representasi matematis, dan (e) membuat soal.
Evaluation Type, kegiatan belajar yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: (a) membandingkan (b) memeriksa kebenaran jawaban, (c) menyelidiki kebenaran suatu konjektur, (d) menilai suatu perkejaan matematis milik orang lain.
Apa yang penulis sampaikan, sekali lagi, baru sebatas ide yang diharapkan bisa menginspirasi Anda semua untuk menerapkan atau bahkan meneliti lebih jauh. Tetapi, sekali lagi, sepanjang kurikulum masih padat seperti sekarang ini, tampaknya guru harus bekerja ekstra keras untuk mengembangkan karakter malalui pembelajaran matematika. Karena itu, saran penulis adalah adanya penyederhanaan kurikulum. Muatan kurikulum perlu dikurangi dan disedeerhanakan. Kurikulum hendakya lebih ditekankan kepada pengembangan habits of mind, karena akhir-akhir ini sudah semakin banyak aplikasi yang tersedia di handphone yang bisa mengerjakan pekerjaan matematis yang biasa sulit dikerjakan secara manual. Kita tidak perlu mencetak generasi muda yang penguasaan ilmunya menyaingi komputer. Kita tidak perlu memaksa anak hafal dengen berbagai rumus matematika, toh pekerjaan yang begitu sdudah bisa dikerjakan oleh komputer. Kita cukup hanya perlu memiliki kemampuan berpikir yang bisa memanfaatkan dan mengembangkan teknologi lebih jauh.
Drs. Dwi Setyo Budiyanto
Guru SMA N 2 Cepu