Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Bahasa Jawa

Tri Ina Rahayu, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP 3 Bae, Kudus
Tri Ina Rahayu, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMP 3 Bae, Kudus

Tujuan pendidikan nasional meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam menopang pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Namun generasi penerus bangsa telah mengalami degradasi yang sangat mengkhawatirkan, dimana nilai-nilai kearifan lokal telah terkoyak oleh kuatnya arus pendidikan global. Kecerdasan pribadi intelektual menjadi ukuran yang lebih dominan untuk menentukan keberhasilan dalam menempuh pendidikan  dan upaya penyeragaman telah membelenggu tumbuh dan berkembangnya keragaman kemampuan sebagai pencerminan beragamnya kekayaan budaya bangsa. Akibatnya menipisnya tata krama , etika dan kreatifitas anak bangsa menjadi fenomena yang perlu mendapat perhatian serius dalam menata pendidikan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa dipandang sebagai solusi cerdas untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian unggul, berakhlak mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesiaan secara menyeluruh.

Budaya Jawa sebagai salah satu sumber membangun karakter tidak perlu diragukan lagi keberadaannya, karena dalam budaya Jawa syarat akan pendidikan nilai yang merupakan substansi utama dari pendidikan karakter. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam budaya Jawa terkandung tata nilai kehidupan Jawa, seperti norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi dan simbol-simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa, toleransi, kasih sayang, gotong royong, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterimakasih dan lainnya.

Baca juga:  Penerapan Bahasa Jawa Bentuk Karakter Anak

Pendidikan karakter yang digali dari substansi budaya Jawa dapat menjadi pilar pendidikan budi pekerti bangsa. Pembelajaran bahasa Jawa secara implisit membentuk kepribadian dan budi pekerti siswa yang luhur dalam mewujudkan akhlakul karimah melalui tata krama dan sopan santun. Bahasa jawa memiliki unggah-ungguh bahasa yang khas. Unggah ungguh adalah tata cara berbahasa sesuai dengan tata krama, yakni tata cara berbicara terhadap orang lain dan tindak tanduk serta tingkah laku yang baik dan tepat. Pendidikan bahasa Jawa dapat diaplikasikan terutama pada mata pelajaran bahasa Jawa. Bahasa Jawa dianggap tepat karena bahasanya sangat membedakan sopansantun berbicara anatara pembicara dengan mitra bicara. Variasi bahasa yang perbedaan antara satu dengan yang lainnya ditentukan oleh perbedaan santun yang ada pada diri pembicara terhadap mitra bicara. Semua warga sekolah diharapkan menggunakan bahasa Jawa krama ketika berinteraksi dan komunikasi agar penanaman nilai karakter dapat berjalan dengan baik sebagai salah satu latar belakang masyarakat Jawa yang memiliki dan menggunakan unggah-ungguh dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Layakkah Metode Menghafal dalam Pembelajaran ?

Unggah-ungguh itu sendiri berarti sopan santun, hal tersebut tercermin dari adanya tata aturan dalam penggunaan bahasa Jawa misalnya aturan menggunakan bahasa Jawa halus/ krama kepada orang yang lebih tua. Aturan tersebut mengajarkan kita untuk menghormati orang yang lebih tua. Dalam pembelajaran di sekolah siswa memperoleh pengetahuannya terkait dengan informasi penggunaan unggah-ungguh bahasa Jawa yang diajarkan oleh guru bahasa Jawa setiap 2 jam pelajaran setiap minggunya. Melalui pelajaran bahasa Jawa siswa dapat mempelajari konsep dari karakter sopan santun yang tertulis secara teoritik dikelas atau bahkan secara lisan melalui kalimat yang disampaikan oleh gurunya. Siswa yang belum mahir atau bahkan tidak mengetahui sama sekali penggunaan bahasa Jawa dapat lebih mengenal untuk kemudian mereka masukkan kedalam memori pikirannya. Penanaman karakter pada siswa dengan menggunakan bahasa Jawa krama dengan mengajarkan kepada anak untuk selalu menggunakan bahasa Jawa ragam krama dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks penggunaan kepada orang yang lebih tua atau orang lain dengan tujuan untuk menghormati orang lain. Hal ini dapat membantu membentuk karakter sopan santun pada siswa sekolah.

iklan
Baca juga:  Epistimologis Pembelajaran IPA di SMK

Tri Ina Rahayu, S.Pd

Guru Bahasa Jawa SMP 3 Bae, Kudus

iklan