Pembentukkan Karakter AnakMelalui Ekstrakuriuler

Dra. Hj. Noor Hidayah Budhi S, Guru MAN 1 Kota Semarang
Dra. Hj. Noor Hidayah Budhi S, Guru MAN 1 Kota Semarang

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia cenderung lebih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (ketrampilanteknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft Skill yang tertuang dalam emotional Intellgence (EQ), dan spiritual Intellgence (SQ). Pembalajaran Akidah MAN 1 Kota Semarang tidak hanya menekankan pada perolehan nilai ulangan maupun nilai ujian saja, melainkan juga bisa ditunjang dengan ekstrakurikuler.

Dalam perkembangan zaman, pendidikan mata pelajaran Akidah yang hanya berbasiskan hard skill, yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, harus mulai dibenahi. Sekarang pembelajaran juga berbasis pada pengembangan Soft Skill (interaksi sosial). Sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter siswa MAN 1 Kota Semarang, sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat sesuai dengan materi penerapan Akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

Grand Design salah satu upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter yang sesuai dengan materi penerapan Akhlak terpuji di MAN 1 Kota Semarang, Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan komseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.

Baca juga:  Pembelajaran Remedial, Tingkatkan Kognitif Siswa

Berdasarkan Grand design yang dikembangkan Kementerian Agama propinsi Jawa Tengah, secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, madrasah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontekstotalitas proses psikologis dan sosial kultural tersebut dapat di kelompokkan dalam (1) olah hati (spiritual and emotional development), (2) olah piker (intellectual development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development).


Karakter di MAN I Kota Semarang mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan ketrampilan (skill). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarak terjelek. Sebaiknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berakhlakul mulia.

Baca juga:  Dongkrak Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Flashcard Game

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di madrasah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan sara bertanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik di MAN 1 Kota Semarang.

Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI dengan tujuan membangun dan mengembangkan karakter anggota PMR yang berpedoman pada Tri Bakti PMR dan Prinsip Kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan. Kebijakan PMI dan Federasi tentang remaja bahwa (1) Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam keanggotaan maupun kegiatan kepalangmerahan, (2) Remaja berperan penting dalam pengembangan kegiatan kepalangmerahan, (3) Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk kegiatan PMI, (4) Remaja calon pemimpin Palang Merah masa depan, dan (5) Remaja adalah kader relawan. Oleh karena itu, pola pembinaan “konvensional” yang beroriantasi pada “rekrut-latih lomba” sudah harus ditinggalkan dan diganti denganpembinaan yang berorentasi pada “rekrut-latih-tri bakti” untuk menyiapkan anggota PMR menjadi calon relawan masa depan.

Baca juga:  Bernarasi Tingkatkan Kemampuan Berpikir Anak di kelas Rendah

Berdasarkan Pedoman Manajemen PMR siklus pembinaan PMR melalui empat tahap yaitu (1) Perekrutan, (2) Pelatihan, (3) Tribakti, dan (4) Pengakuan dan penghargaan. keempat tahap tesebut senantiasa dipantau dan evaluasi.

Mengingat pembinaan PMR tefokus pada pembangunan karakter, maka standardisasi pelatihan PMR berpedoman pada kurikulum PMR, dengan menerapkan 7 materi pelatihan PMR, yaitu (1) Gerakan Kepalangmerahan, (2) Kepemimpinan, (3) Pertolongan Pertama, (4) Sanitasi dan kesehatan, (5) Kesehatan Remaja, (6) Kesiapsiagaan Bencana dan (7) Donor Darah. Melalui materi tesebut nilai karakter yang digali adalah bekerja sama, peduli sesama, menjadi pendidik sebaya, memberikan dukungan, menjadi contoh perilaku hidup sehat.

Ketujuh materi pelatihan PMR tersebut diharapkan dapat menguatkan karakter anggota PMR untuk melaksanakan Tri Bakti PMR yaitu meningkatkan ketrampilan hidup sehat bersih. berkarya dan berbakti di masyarakat, kepemimpinan, peduli, kreatif dan kerjasama mempererat persahabatan nasional dan internasional.


Dra. Hj. Noor Hidayah Budhi S,
Guru MAN 1 Kota Semarang