JATENGPOS.CO.ID, – Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa pendidikan ini lebih menitikberatkan pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan aspek sikap. Akibatnya saat ini muncul gejala negatif yang mengrah pada kemerosotan moral.
Dalam kurikulum 2013 (K13) dijelaskan bahwa tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3)pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi spiritual dan sikap sosial (sebagaiwilayah budi pekerti) dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching),yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Dari pernyataan tersebut kompetensi sikap dan spiritual bisa dibangun melalui pembelajaran sastra. Kegiatan apresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya dan lingkungan.
Dari hasil pengamatan di beberapa sekolah menengah pertama , diperoleh kenyataan bahwapembelajaran sastra belum mengarah pada upaya penanaman nilai-nilai budi pekerti.Biasanya pembelajaran dimulai dengan menyuruh siswa membaca atau menyimakwacana sastra, misalnya prosa atau puisi, kemudian dilanjutkan dengan pemberiantugas dengan menjawab pertanyaan seputar apa pesan yang terkandung dalam ceritaatau puisi, siapa tokohnya, bagaimana perwatakannya, bagaimana alur ceritanya, dan dimana settingnya, barulah setelah itu tugas dikumpulkan dan tidak ada pembahasan atashasil pekeljaan siswa. Dari gambaran tersebut, nyatalah bahwa pembelajaran sastra di SMP belum mengarah pada upaya penanaman budi pekerti karena tidak ada diskusi bagaimana membedah isi cerita atau puisi dan mengarahkan siswa untukmenghubungkan dengan pengalaman hidupnya.
Upaya penanaman budi pekerti (nilai-nilai kemanusiaan) sangat mungkindilakukan dalam pembelajaran sastm, karena dalam karya sastra banyak terkandungnilai-nilai hidup dan kehidupan yang dalam hal ini dapat dikenalkan dan diupayakanpenanamannya pada siswa sekolah Menengah pertama agar kelak terlahir manusia yang memiliki budi pekerti luhur, pembelajaran bisa dimulai dengan menyajikan wacanasastra bisa puisi atau cerita, dilanjutkan dengan diskusi dan pencarian bersama antarasiswa dan guru tentang nilai-nilai moral yang terdapat pada karya tersebut, mana hal-halyang baik yang perlu ditiru dan mana hal-hal yang harus dibuang dan tidak boleh ditiru.Melalui pembelajaran yang selalu ada pendampingan dan keteladanan harapannyapenanaman budi pekerti menjadi lebih berhasil dibanding bila siswa hanya diberi tugasmembaca karya sastra, mengerjakan LKS, setelah itu dikumpulkan.
Jenis karya sastra yang si pelajarkan di SMP dalam K13, ada puisi, pantun,domgemg dan cerita. Walaupun puisi dan cerita berbeda bentuknya namun ada aspek umum yang bisa di gunakan sebagai acuan dalam menentukan cara penyajian pembelajaran sastra, misalnya apa nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra (bisa puisi,bissa cerita). Pelacakan pendahuluan dimaksud sebagai usaha guru untuk memilih bahan yang cocok digunakan untuk pembelajaran di kelas dalam hal ini penting diperhatikan bahwa bahan yang di pilih harus memenuhitingkat kesesuaian dan tingkat keterbacaan , Misalnya Puisi “Menyesal” karya Ali Hasyim tentu tidak sesuai untuk siswa kelas rendsah tapi cocock untuk kelas tinggi . Tidak hanya memilih bahan tetapi guru perlu mehami isi secara keseluruhan bahan ajar yantg telah di pilihnya sebelum suhartiningsih.
Penyajian tujuannya adalah agar guru lebih siap dalam meenyampaikan pembelajaran di kelas.
Penentuan silkap praktis di maksudkan sebagai usaha guru untuk memikirkan nilai praktis apa yang bisa di peroleh siswa setelah mengikuti pembelajaran sastra. Jika kedua tahapan telah di lakukan selamjutnya guru bisa mulai dengan menyampaikan apersesi yang dilajutkan dengan tahapan penyajian. Selanjutnya bisa diteruskan dengan diskusi, dalam diskusi guru bisa menggunakan beberapa metode penanaman budi pekerti, semisal dengan metode penjernihan nilai, atau bisa juga dengan metode pencarian bersama. Dengan cara demikian diharapkan upaya penanaman budi pekerti bisa dilakukan, setelah itu barulah tahap pengukuhan di sebut juga tahapuntuk mengetahui keberhasilan pembelajaran misaknya dengan meminta siswa menceritakan kembali, meminta siswa membuat parapharse, meminta siswa memperagakan, dan lain-lain.
Susiwi, S.Pd
Guru B. Indonesia SMP N 4 Juwana Pati