JATENGPOS.CO.ID, – Generasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu masa di mana kelompok manusia pada masa tersebut mempunyai keunikan yang dapat memberi ciri pada dirinya dan pada perubahan sejarah atau zaman. Generasi Z adalah generasi dari orang yang terlahir mendekati tahun 2000 (1990 – present). Generasi ini sudah sangat nyaman dan terbiasa dengan dunia virtual karena mereka telah dihadapkan dengan teknologi semenjak mereka lahir, seperti internet, smartphone, streaming video, dan media sosial.
Generasi Z memiliki tren menggunakan peralatan yang canggih tanpa merasa khawatir akan efeknya. Social media merupakan sarana komunikasi yang sangat populer bagi generasi Z. Sebagai salah satu contoh adalah facebook sebagai salah satu social media yang memiliki pengguna terbanyak. Pengguna facebook di Indonesia mengalami peningkatan dari sekitar 60 juta pengguna menjadi 69 juta pengguna dalam interval tahun 2014. Sebagai negara pengguna facebook terbanyak ke-4 di dunia dan negara yang memiliki perkembangan penggunaan facebook paling tinggi di dunia, telah menunjukkan bahwa generasi Z terbiasa dengan menggunakan social media.
Pesatnya laju perkembangan teknologi ini berdampak pada perubahan gaya hidup, pola pikir, cara belajar, dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Dampak terbesar dirasakan oleh generasi yang lahir dan/atau tumbuh pada masa terjadinya ledakan teknologi ini; generasi ini dikenal dengan sebutan “generasi Z”. Generasi Z ini memiliki karakter yang unik dan sangat berbeda dengan karakter yang dimiliki oleh generasi-generasi sebelumnya. Pengaruh teknologi yang sangat kuat ini tercermin pada, misalnya, ketergantungan generasi Z dengan gadget dan durasi konsentrasi yang singkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology, ICT) demikian pesat. Kemajuan ini tentu saja berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk di dalamnya pendidikan. Sejalan dengan itu, otonomi pendidikan dan globalisasi pendidikan yang menekankan pada persaingan dan kualitas mulai berlangsung. Keberhasilan pelaksanaan otonomi dan globalisasi pendidikan hanya mungkin dapat dicapai dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pendidikan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menawarkan berbagai kemungkinan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. TIK dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari secara pasif untuk kepentingan presentasi, mencari informasi, berinteraksi dan berkomunikasi, sampai kepada yang paling aktif, untuk menghasilkan suatu produk. Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan TIK dalam pembelajaran adalah penerapan pembelajaran berbasis Internet atau yang lebih dikenal dengan belajar di dunia maya. Bidang pendidikan dan pelatihan.
Dampak positif dari internet sangatlah dirasakan sekali manusia, karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi apalagi dengan adanya internet, siapapun dapat memberi dan menanyakan kabar satu orang dengan orang lainnya tanpa dibatasi jarak dan waktu.
Era millennium dengan kecanggihan teknologi tidak terlepas pula dari dampak negatif, apalagi dari internet. Penyalahgunaan internet di Indonesia masih tinggi, terutama pada generasi remaja (milenia. Saat ini kemudahan menjelajah dunia maya dapat dilakukan hanya dengan sentuhan jari melalui telepon genggam yang hampir setiap orang memilikinya.
Ditinjau dalam konteks ketahanan sosial budaya internet memiliki berbagai dampak positif yang mempermudah berinteraksi sosial tanpa batasan tempat dan waktu dibelahan dunia, berbagai informasi tentang budaya bisa didapat dengan mudah dan beragam, baik dari dalam negeri sendiri maupun melihat budaya luar negeri sebagai ilmu yang dapat memperkaya wawasan manusia, sekaligus kemajuan perkembangan sosial budaya. Namun internet juga dapat berpengaruh negatif seperti kemerosotan moral, kenakalan dan tindakan menyimpang yang semakin meningkat dan melemahkan kewibawaan tradisi-tradisi yang telah ada di masyarakat.
Namun dengan berjalannya waktu di iringi dengan kemajuan teknologi di era globalisasi modern, sedikit demi sedikit adat, norma dan kentalnya budaya mulai ditinggalkan perilaku remaja mulai menjauh dari tatakrama dan adat istiadat yang dimiliki sejak dulu, yang pada akhirnya menjadi kekhawatiran akan keberlangsungan masa depan remaja sebagai generasi muda penerus tokoh-tokoh yang telah memajukan daerah ini dengan baik. Yang paling menonjol dari dampak negatif internet adalah adanya perubahan perilaku remaja yang cenderung tidak patuh pada orang tua, egois, individualis, kurang santun, dan melalaikan ibadah serta kurang kepedulian kepada keluarga.
Teguh Setya Abadi, S.Kom
Guru SMK Negeri 1 Kendal