Saat ini Indonesia sedang memasuki masa “New Normal” dari Pandemi Korona, dimana protokol kesehatan harus diimplementasikan pada setiap kegiatan termasuk kegiatan belajar mengajar. Blended learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang didalamnya memadukan antara pembelajaran online dan pembelajaran offline yang dapat mengurangi kegiatan pengumpulan massa sebagai salah satu protokol kesehatan.
Meskipun penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa serta merta dilakukan seperti mudahnya membalikkan telapak tangan, namun hal ini merupakan suatu tuntutan yang harus dilakukan oleh Guru. Apalagi untuk Siswa kelas rendah perlu adanya bimbingan dan pendamping dari Guru maupun Orang Tua dalam pembelajaran online. Penulis sebagai Guru Kelas 1 di SD Negeri 6 Kalipucangwetan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara. Pada Tahun Pelajaran 2021/2022, Penulis menemukan permasalahan pada Siswa Kelas 1, Tema 1 (Diriku), Subtema 1 (Aku dan Teman Baru), hasil tugas online lewat video perekaman Siswa sedang membaca cerita dari buku tema yang telah dikirim oleh Orang Tua lewat WhatsApp Grub. Kelas 1 yang berjumlah 29 Siswa, hampir 82% Siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Orang tua menjadi putus asa dan emosi melihat anaknya kesulitan membaca.
Mengapa memilih blended learning?Penerapan blended learning dalam pembelajaran menurut Graham, Allen, Ure dalam Graham (2006) dilakukan karena tiga alasan,yaitu pengembangan pedagogi, peningkatan akses dan fleksibilitas, serta efektivitas biaya. Ini sesuai dengan kondisi pembelajaran pada masa “New Normal “ yang membutuhkan kreativitas dan inovasi Guru dalam mengelola pembelajaran tematik kelas rendah.
Pembelajaran online yang memanfaatkan teknologi informasi tentunya akan terjadi perubahan dalam pedagogi (ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru). Pedagogi tradisional akan berkembang menjadi pedagogi digital (digital pedagogy). Pedagogi digital akan mempengaruhi gaya dan strategi mengajar guru dengan memanfaatkan teknologi informasi. Guru akan dapat menarik perhatian Siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran online dengan menanamkan etika penggunaan teknologi informasi dan komunikasi kepada Siswa.
Pembelajaran berbasis teknologi informasi juga bersifat fleksibel, bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan dengan apa saja. Siswa tidak terikat oleh tempat, waktu, dan perangkat media pembelajaran. Jadi benar-benar memberikan keleluasan Siswa untuk belajar.
- Efektifitas Biaya. Pembelajaran menerapkan pendekatan blended learning, maka beban pembiayaan tidak bertumpu pada Sekolah, terjadi cost sharing dengan Orang Tua Siswa. Blended learning akan bisa menjangkau seluruh kalangan dari berbagai tempat. Siswa tidak harus belajar di Sekolah, sehingga bisa memangkas biaya untuk memenuhi standar protokol kesehatan.
Pendekatan blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu tatap muka, belajar mandiri, menggunakan aplikasi, kegiatan tutorial, adanya kerjasama, dan evaluasi (Soler dkk,20017).
Pembelajaran tematik kelas rendah yang dilaksanakan pada masa “New Normal” ini akan berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa. Kebijakan terkait regulasi dan kurikulum perlu disiapkan oleh Pemerintah. Pemerintah juga harus mengkaji kesiapan Sekolah dan Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran akan dilakukan.
Demikian kajian singkat tentang penerapan blended learning dalam mengahadapi pembelajaran tematik di kelas rendah yang harus dilakukan pada masa “New Normal”. Semoga ke depan terdapat penelitian komprehensip tentang efektivitas penerapan blended learning pada masa “New Normal” ini.
Oleh:
Saidatun Ni’mah, S.Pd.
Guru SD Negeri 6 Kalipucangwetan
Kec.Welahan Kab. Jepara