Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Dengan Model Pembelajaan “JIG SAW”

NURDJANAH,S.Pd.SD

SD Negeri Nagasari merupakan sekolah yang berada di daerah pegunungan di Kabupaten Banjarnegara.  Sebagai sekolah di daerah pegunungan, kemampuan peserta didik sangat beragam.  Kondisi geografis dan kehidupan sosial budaya orang tua menjadi salah satu penyebab rendahnya nilai ulangan siswa, begitu pula keterbatasan sarana dan sumber belajar.  Sebagian kecil siswa mempunyai kemampuan yang tinggi, namun masih banyak siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah.  Hal ini terbukti dari rendahnya persentase siswa yang mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan.

 Pada pembelajaran muatan IPA kelas IV KD 3.2 tentang  membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta mengaitkan dengan upaya pelestariannya di SD Negeri  Nagasari Kecamatan Pagentan Banjarnegara siswa sulit untuk memahami materi yang diberikan . Siswa harus banyak mengidentifikasi, menganalisis dan membandingkan berbagai hal pada materi. Dari itulah guru berinisiatif  menggunakan model pembelajaran “jig saw”  untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA.

Model pembelajaran “jig saw” adalah pembelajaran yang memfokuskan siswa pada grup belajar bersama untuk berkolaborasi menyelesaikan masalah dalam wadah grup kecil. Pembelajaran jigsaw dirancang untuk menciptakan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa pada suatu mata pelajaran yang ditugaskannya. Berdasarkan hasil pengembangan Elliot Aronson, menyatakan bahwa “jig saw” adalah model pembelajaran yang bertujuan agar siswa bisa bergantung satu sama lain untuk meraih tujuan atau keberhasilan.

Baca juga:  Pembelajaran “Menceritakan Cerita Legenda dengan metode pemodelan”

Tujuan dari model “jig saw” adalah peningkatan dalam keterampilan kerjasama, saling tergantung satu sama lain, bergaul, berbicara, menulis dan membaca. Tujuan dari dibentuknya staf ahli adalah menjelaskan materi kepada teman sebayanya. Maka dari itu guru dituntut untuk bisa membimbing dengan baik agar seluruh anggota bisa menuasai dan mengutarakan materi atau teori yang diberikan.


Langkah-langkah aktivitas model pembelajaran kooperatif tipe “jig saw” adalah 1). membuat grup yang terdiri dari bermacam latar belakang yang terdiri dari 4 hingga 6 siswa, 2). dalam grup siswa akan diberi sub-konsep yang berbeda, 3). setiap grup berdiskusi dan menjelaskan sub-konsep yang telah diberikan dan memutuskan staf ahli yang bergabung ke grup staf ahli, 4). anggota staf ahli akan mendiskusikan setiap sub-konsep yang ada dan mengoneksikan satu dengan yang lainnya, 5). grup ahli dibimbing utuk diskusi tentang konsep yang ada dan saling bahu membahu memahami konsepnyang diberikan, 6). setiap grup akan menjelaskan di depan kelas hasil dari diskusi yang telah dilaksanakan, 7). guru akan mengadakan kuis untuk setiap siswa pada akhir pembelajaran, 8). siswa akan menyelesaikan kuis individu dengan grup.

Baca juga:  Tingkatkan Literasi dengan Kartu Kontrak Membaca

Kelebihan dari model pembelajaran “jig saw” adalah a. dengan adanya staf ahli, maka segala aktifitas guru akan semakin mudah sehingga guru bisa memikirkan target lain untuk kebaikan siswa, b. pemahaman setiap materi yang diberikan akan semakin menyeluruh pada siswa, c. model pembelajaran jig saw bisa meningkatkan kepercayaan diri siswa karena disini mereka dilatih untuk menjelaskan dan berpendapat.

Kelemahan model pembelajaran “jig saw” adalah 1. fokus mendasar dari pembelajaran jig saw adalah ketika staf ahli sedanga menjelaskan materi ke teman sebayanya, ini bisa menjadi masalah bila siswa yang dijelaskan mempunyai pemahaman tepri yang berbeda, 2. bila beberapa siswa tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup dalam menjelaskan teori kepada temannya dapat mengakibatka kebuntuan dalam diskusi, 3. perencanaan yang lama dan matang bisa menjadi bumerang bila guru sibuk dan tidak telaten, 4. bila siswa lebih dari 30 siswa akan usah.

Baca juga:  TGT Mampu Tingkatkan Prestasi Belajar Siswa

 Setelah penerapan model pembelajaran “jig saw”  dikembangkan untuk mata pelajaran IPA  suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan, lalu materi pembelajaran yang disampaiakan lebih menarik perhatian siswa, kemudian mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar, lalu suasana kegembiraan akan tumbuh dtalam proses pembelajaran, selanjutnya kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis siswa kelas IV SD N Nagasari.

NURDJANAH,S.Pd.SD

GURU KELAS IV SDN NAGASARI

KEC. PAGENTAN KAB. BANJARNEGARA