JATENGPOS.CO.ID, –Marsh ( 1996 ) menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kemampuannya dalam melakukan penilaian, baik terhadap proses maupun produk pembelajaran. Data yang diperoleh di beberapa sekolah dalam kegiatan pengembangan diri pada penyusunan instumen penilaian sebagai upaya menyongsong USBN Tahun 2017 di KKG, menunjukakkan bahwa sebagian besar guru khususnya guru kelas tinggi, memiliki kemampuan yang rendah dalam melakukan evaluasi kepada peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya soal-soal Latihan USBN yang hanya mencontoh dari buku Lembar Kerja Siswa ( LKS ) yang diedarkan oleh penerbit.
Kondisi serupa terjadi di SD Negeri 2 Tanjungsari yang merupakan salah satu sekolah imbas KKG. Jumlah guru kelas tinggi sekolah tersebut yang mengikuti kegiatan pengembangan diri pada tahun 2017 sebnayak 3 orang. Penulis mendapatkan temuan pada saat evaluasi penulisan soal Latihan USBN bahwa soal-soal yang disusun identik dengan soal-soal dari sekolah lain yang sama-sama sekolah satu gugus.
Idealnya di era globalisasi seperti ini, disaat pemerintah mempersiapkan generasi emas tahun 2045, guru harus mampu membekali peserta didik dengan berbagai kecakapan yang di dalamnya memuat Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), literasi, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dikenal dengan higher order thinking skills (HOTS). Kecakapan tersebut lebih dikenal dengan kecakapan abad 21 yang harusnya terintegrasi dalam proses pembelajaran, termasuk dalam melakukan evaluasi.
Pemberian soal HOTS bertujuan untuk dapat mengembangkan soal untuk menguji kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/Higher Order Thinking Skills) berdasarkan kisi-kisi USBN atau sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Dalam melakukan evaluas, khususnya penilaian yang berkaitan dengan aspek kognitif, seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan berbagai instrument penilaian yang memadai yang mampu mengungkapkan secara komperhensif kemampuan peserta didik. Bentuk soal yang mampu mengungkapkan kognitif tingkat tersebut dikenal dengan istilah soal HOTS yang seharusnya dikuasai oleh guru, agar anak didik terbiasa dengan soal yang menantang daya pikir dan penalarannya. Namun pada kenyataannya masih banyak guru belum mampu memahami dan menguasai cara penyusunan dan pengembangan soal HOTS seperti yang di anjurkan dalam Kurikulum 2013.
Berdasarkan kenyataan yang penulis jumpai di sekolah, maka perlu adanya perubahan sistem penilaian . Untuk itu, penulis berupaya meningkatkan kompetensi guru kelas tinggi di SD Negeri 2 Tanjungsari dalam penyusunan soal-soal HOTS melalui One Week One Meeting (OWeOMe). Soal-soal HOTS merupakan instrument pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekedar mengukur dimensi factual, konseptual, atau procedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterprestasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohi (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Adapun langkah-langkah dalam menyusun Soal HOTS antara lain :menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal HOTS, menyusun kisi-kisi soal, memilih stimulus yang menarik dan kontekstual, menulis butir pertanyaan pada kartu soal sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan ditulis agar sesuai dengan kaidah penulisan butir soal, dan membuat pedoman penskoran atau kunci jawaban.
Hanur Sadikin, S.Pd.SD
Guru SD N 2 Tanjungsari Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri