JATENGPOS.CO.ID, – Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan. Hal ini sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang berbunyi bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu kegiatan penting untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pembelajaran. Melalui pembelajaran, tujuan pendidikan, seperti memperkaya nilai-nilai kemanusiaan, kejujuran, keadaban dan keluhuran budi, dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu, pendidikan dapat berfungsi membangun kapasitas bangsa sebagai manusia pembelajar, percaya diri, andal, humanis, religius, serta memiliki daya dan tata kelola untuk memperkaya kehidupan yang demokratis.
Berkaitan dengan hal tersebut, materi demokrasi dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sangat penting dikuasai oleh peserta didik. Materi ini dapat menjadi bekal mereka karena bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu teknik pencapaian sikap demokrasi peserta didik dalam Pembelajaran PPKn yaitu melalui berpuisi. Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan pemadatan segala unsur bahasa (Kosasih 2012: 97). Kegiatan berpuisi memerlukan keterlibatan emosi dan seni dalam penuangan ide dan gagasan sehingga menghasilkan karya yang indah, menyentuh, dan menarik.
Dalam pembelajaran PPKn khususnya pada materi demokrasi, peserta didik diajak untuk menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk puisi karena potensi yang dimiliki sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat, dalam setiap buku mereka, pasti ada kata-kata puitis yang bermakna. Apakah itu puisi tentang kerinduan anak kepada ibunya, cinta “monyet”, doa, keindahan alam, serta lingkungan sekitar sekolah. Melihat potensi tersebut, peserta didik diminta untuk menuliskan puisi yang berkaitan dengan materi demokrasi. Hal yang diharapkan yaitu terwujudnya peserta didik sebagai garda terdepan pembangunan masa depan bangsa dalam melaksanakan demokrasi dengan baik dan bertanggung jawab.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sebelum menulis puisi, peserta didik diberi rangsangan berupa uraian materi demokrasi serta berbagai gambar dan peristiwa tentang demokrasi. Kemudian mereka diberi contoh puisi tentang demokrasi. Salah satu peserta didik diminta maju dan membacakan puisi tersebut. Setelah itu, mereka diminta untuk membaca materi Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia yang berlangsung dari tahun 1945 sampai sekarang, yaitu Demokrasi Parlementer (1945–1959), Demokrasi Terpimpin (1959–1965), Demokrasi Pancasila Orde Baru (1966-1998), dan Demokrasi Pancasila Orde Reformasi (1998–sekarang). Kemudian peserta didik menuliskan puisi di tempat-tempat yang disukai, seperti di perpustakaan, gazebo, teras, dan sebagainya. Hasil karya mereka kemudian dikumpulkan. Setelah dinilai, hasil karya puisi peserta didik dipajang di dinding kelas, agar peserta didik yang lain dapat bertukar pengalaman lewat puisi dalam berdemokrasi.
Pembelajaran PPKn materi demokrasi melalui teknik puisi tersebut, diharapkan dapat menumbuhkan nilai dan sikap positif, seperti yang dikemukan Henry B. Mayo dalam bukunya “Introduction to Demokatic Theory” bahwa nilai-nilai demokrasi, antara lain: menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga, menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang berubah, menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur, membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum, mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity), serta menjamin tetap tegaknya keadilan.
Dra. Dewi Lunawati