Sering kita jumpai peserta didik sekarang sudah luntur dengan bahasa daerah yang dimiliki Bangsa Indonesia salah satunya Bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang digunakan di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Sebagai salah satu bahasa daerah, Bahasa Jawa merupakan bahasa yang beragam karena di dalam Bahasa Jawa terdapat tingkatan-tingkatan bahasa yang disebut unggah-ungguh basa. Unggah-ungguh basa tersebut harus dipatuhi oleh pemakainya sebagai cermin kesopanan atau tata karma dalam berbicara. Namun Bahasa Jawa lambat laun semakin punah dikalangan anak- anak, karena peserta didik belum 100% (seratus persen) bisa menggunakan Bahasa Jawa atau disebut dengan wong jawa ilang jawane, anak- anak lebih suka menggunakan Bahasa Indonesia baik di lingkungan rumah apalagi di sekolah.
Mengapa peserta didik sekarang lebih suka berbahasa Indonesia? Kemungkinan agar dikatakan lebih keren dan juga up to date, dan kepercayaan orang tua bahwa Bahasa Indonesia dapat memberi peluang yang lebih baik untuk masa depan, sedangkan faktor yang lain yaitu: faktor lingkungan, ada atau tidaknya kesediaan orang tua menanamkan sejak dini penggunaan Bahasa Jawa karena untuk berkomunikasi sehari-hari kepada anaknya. Faktor psikologi, sikap peduli orang tua dan generasi muda terhadap kelestarian Bahasa Jawa krama di tengah era globalisasi. Faktor pendidikan, kompetensi guru dalam menggunakan metode dan media pembelajaran Bahasa Jawa krama, motivasi belajar peserta pendidik dalam mempelajari Bahasa Jawa krama, serta sarana dan prasarana seperti keterbatasan buku-buku Bahasa Jawa krama di perpustakaan.
Sebagai guru mempunyai tanggungjawab untuk menanamkan Bahasa Jawa kepada peserta didik melalui dunia pendidikan sebagai salah satu usaha pelestarian Bahasa Jawa. Upaya pelestarian Bahasa Jawa di satuan pendidikan sudah dilakukan sejak Perda Jateng No.9/2012 tentang Bahasa, sastra,dan aksara jawa. Pembelajaran Bahasa Jawa sangat bermanfaat bagi siswa, antara lain : 1) sebagai wahana penanaman pendidikan watak dan budi pekerti bagi generasi muda. 2) sebagai wahana dalam menumbuhkan jati diri bangsa yang beradab dan berbudi luhur bagi budaya jawa, 3) sebagai wahana pembentukan karakter bangsa yang ditandai oleh sikap dan prilaku yang berdasarkan pada budaya dan adat istiadat jawa serta aturan yang telah menjadi kesepakatan kolektif.
Setelah kita tahu faktor penyebab kepunahan Bahasa Jawa dan kebaikan penanaman Bahasa Jawa kepada peserta didik, mari kita sebagai guru segera ambil langkah untuk membimbing peserta didik agar lebih mencintai bahasanya sendiri yaitu Bahasa Jawa dengan berbagai cara, misalnya dalam satu minggu paling tidak meluangkan waktu satu hari bagi semua warga sekolah menggunakan Bahasa Jawa karma, walaupun awalnya masih kaku, kegiatan literasi berbahasa jawa krama, dan perpustakaan diperbanyak cerita berbahasa jawa krama, diadakan lomba pacelathon dan cerpen berbahasa jawa krama. Dalam kegiatan KKG dikhususkan waktu untuk materi pemahaman Bahasa Jawa krama.
Dengan sosialisasi kepada wali murid bersamaan dengan rapat wali murid dan komite tentang Peraturan Gubenur Jateng No.55/2014 tentang Bahasa, sastra dan aksara jawa perlu diterbitkan agar masyarakat Jawa Tengah tidak kehilangan kepribadiaannya artinya Bahasa Jawa tidak hanya digunakan di masyarakat sebagai bahasa khotbah keagamaan, rapat-rapat RT, tetapi benar-benar melekat dalam kehidupan sehari-hari yang juga digunakan dalam lingkungan keluarga.
Berbagai usaha diatas, apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka Bahasa Jawa tidak akan punah, generasi muda akan tertanam sopan santun, etika ( bila bertemu orang tua menyapa sambil menganggukkan kepala, cium tangan), generasi yang berkarakter, dan memiliki watak dan budi pekerti bangsa.
Tutut Maryanti, S.Pd.SD
SD Negeri Ngandagan Pituruh Purworejo