Masih melekat dalam ingatan kita dahsyatnya gempa dan tsunami di Palu dan pesisir selat sunda serta yang terjadi diberbagai belahan dunia, kita kembali dikejutkan oleh banjir bandang di beberapa daerah termasuk Sentani Papua Barat. Sebagaimana dilansir Suara Merdeka Kamis 21 Maret 2019 banjir bandang di Sentani Jayapura akibat penebangan liar pohon oleh masyarakat di Pegunungan Cycloop. BNPB mengungkapkan kerusakan di Pegunungan Cycloop pada tahun 2019 karena 43.030 orang atau 753 keluarga merambah cagar alam dengan membuka lahan pemukinan dan pertanian lahan kering pada daerah aliran sungai sentani. Hal senada disampaikan Walhi bahwa ada pembalakan yang dilakukan oleh masyarakat yang sangat berpengaruh. Kayu glondongan yang terbawa arus memperlihatkan kayu bukan tumbang akibat longsor, tetapi merupakan kayu yang ditebang. Selain itu muncul berita longsornya tebing di beberapa daerah penambangan galian C yang menyebabkan kerusakan dan korban manusia. Badai, gempa bumi, tanah longsor dan banjir yang terjadi bisa jadi karena pengaruh pemanasan global (Global warming) yang terjadi saat ini akibat aktivitas manusia yang kurang memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Karbondioksida (CO2 ) adalah penyumbang utama gas rumah kaca. Sumber peningkatan konsentrasi CO2 : penggunaan bahan bakar fosil, pengaruh pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es. Peningkatan konsentrasi gas matana (CH4 ) karena pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi Nitrat (N2O ) dari agrikultural. Perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon berkontribusi pada pemanasan global. Pemanasan Global yang memberikan dampak terhadap keseimbangan iklim bumi mestinya menjadi salah satu perhatian manusia agar senantiasa menjaga keseimbangan lingkungan hidupnya.
Pendidikan Lingkungan Hidup bagi generasi muda (usia pelajar) diperlukan agar keseimbangan iklim (ekosistem) bumi tetap terjaga. Pendidikan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat (tripartid pendidikan).
Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam rangka penanaman nilai- nilai peduli terhadap lingkungan hidup pada anak-anak. Orang tua dapat melatih anak untuk berlaku bijak dalam menggunakan energi alam seperti mematikan saklar lampu jika tidak digunakan, mematikan keran air jika tidak digunakan, mengelola sampah dengan baik dengan memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk dan memanfaatkan sampah anorganik sebagai hiasan, serta merawat tanaman di sekitar rumah. Orang tua juga dapat memberikan contoh untuk mengurangi pemakaian alat semprot (aerosol) seperti pemakaian minyak wangi, dan hair spray. Masyarakat dapat mendorong anggota masyarakat berperan aktif dalam menjaga kelestarian energi (gerakan hemat energi), pengelolaan sampah (membentuk “bank sampah”), gerakan penanaman sejuta pohon dengan menyimpan biji kering yang siap ditanam di daerah yang dilewati saat perjalanan.
Sekolah dapat mengembangkan sekolah adiwiyata yang bertujuan menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan karena prinsip dasar program Adiwiyata adalah partisipatif (perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran), dan berkelanjutan (dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif).
Melalui penerapan konsep 5 R yaitu Reduce (kegiatan mengurangi produksi sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan, misalnya menggunakan alat makan atau dapur yang tahan lama sehingga memperpanjang masa pakai produk), Reuse (kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai, misalnya kantong plastik dari hasil kita berbelanja, tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali), Recycle (kegiatan mengolah kembali dengan memanfaatkan barang bekas, misalnya memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos), Replace (kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang alernatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali, contohnya mengubah menggunakan kontong plastik atau kertas belanjaan dengan membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari kain.) dan Replant (kegiatan melakukan penanaman kembali, misalnya menanam beberapa pohon sehingga lingkungan akan menjadi indah dan asri, dan mengurnagi kontribusi atas pemanasan global). Dengan menerapkan konsep 5 R, anak-anak kita dapat ikut serta dalam melestarikan dan memelihara lingkungan agar tidak rusak atau tercemar serta bijak dalam menggunakan sumber daya alam.
Eddy Widodo, S.Pd.,M.Pd
Kepala SMP Negeri 1 Penawangan -Grobogan