JATENGPOS.CO.ID, – Bagaimana bisa menyayangi jika tidak ada rasa memiliki. Disinilah peranan seorang guru sangat besar dalam menanamkan rasa cinta dan rasa handarbeni kepada peserta didik terhadap sekolah. Peserta didik merasa asing dengan sekolahnya sendiri karena memang merasa tidak memiliki. Mereka menganggap sekolahnya hanya sebagai tempat belajar saja.
Membuang sampah sembarangan , Mencorat – coret meja dan dinding. Itu semua dilakukan tanpa ada rasa salah. Serta kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar, misalnya membiarkan sampah yang berserakan, tidak tergugah untuk mematikan atau menutup kran air yg mengalir dibak kamar mandi padahal airnya sudah meluber, tidak peduli dengan lampu yang masih menyala padahal ruangan sudah tidak dipakai, membiarkan meja kursi yang tidak tertata rapi di dalam kelas, dan lain sebagainya. Rasa memiliki atau Handarbeni harus ditanamkan melalui perilaku yang terus – menerus dan menjadi pembiasaan.
Kata – kata tidak mampu mengantar mereka untuk merasa memiliki sekolah. Karena kata – kata justru membuat mereka menjadi bosan, muak dan terpaksa untuk melaksanakannya.
Untuk itu siswa kita ajak secara langsung ikut menciptakan keadaan sekolah yang nyaman. Melalui peranan, potensi, gagasan, maupun kerja sama untuk menciptakan keadaan sekolah yang mereka inginkan.dengan demikian secara otomatis tumbuhlah rasa handarbeni terhadap sekolah.
Langkah – langkah sederhana yang dapat kita lakukan diantaranya adalah membahas tata ruang kelas, karena kelas merupakan tempat yang paling sering mereka gunakan untuk belajar. Kelas harus menjadi milik mereka, memusyawarahkan dimana sebaiknya ditempatkan meja, kursi, almari, sapu, dan sebagainya. Setelah membahas tata ruang langkah selanjutnya adalah menciptakan taman kelas, tanaman apa saja yang akan ditanam sehingga lingkungan menjadi segar.
Agar kelas selalu bersih dan tertata rapi maka dibuat jadwal piket bergantian untuk membersihkan ruangan kelas pada saat sebelum mulai pelajaran dan akhir pelajaran, menyirami dan merawat tanaman di kelasnya.menutup jendela dan pintu jika pelajaran telah berakhir atau saatnya pulang sekolah. Kita sebagai guru jangan bosan mengajak siswa untuk peduli lingkungan sekitar. Misal ketika melihat ada sampah plastik, kertas, tisue langsung diambil dan dibuang pada tempatnya, jika melihat kran air di kamar kecil belum ditutup atau dimatikan padahal sudah tidak digunakan langsung dimatikan dan lain sebagainya.
Yang dapat kita lakukan untuk mendukung hal ini antara lain adalah jadikan diri sebagai contoh. Guru dipandang sebagai orang tua yang lebih dewasa, itu berarti siswa menilai guru sebagai contoh dalam bertindak dan berperilaku baik maupun buruk. maka kita harus pandai dalam memberikan contoh yang terbaik, diharapkan siswa bisa mengikuti sisi positif yang dimiliki guru.
Selain itu jadilah guru yang tidak hanya sekedar menentukan nilai akademis tetapi juga mengapresiasi dan menghargai kebaikan yang dilakukan oleh siswa, misalnya dengan memberikan pujian dan tidak membandingkannya dengan yang lain. Dengan membiasakan ini, siswa juga dapatmengapresiasi diri atas usaha yang dilakukannya sehingga mau memperbaiki diri untuk lebih baik lagi.
Kita sebagai guru harus menanamkan rasa memiliki pada siswa secara nyata. Tanamkan juga kepada siswa bahwa berbuat kebaikan atau kebajikan itu tidak ada yang sia – sia. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan maka jangan menunda – nunda jika ada kesempatan untuk berbuat baik. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan tetapi berapa banyak yang bisa kita berikan. Sehingga siswa melakukannya dengan ikhlas. Jika rasa memiliki atau handarbeni itu muncul maka rasa hangrungkebi atau membela juga akan mengiringi. Mereka tidak akan rela jika sekilahnya dikotori, dicoret – coret apalagi dirusak keindahan dan keamanannya.
Dwi Arinie Handayanie, S.Pd
SMK Negeri 2 Sragen