Dekat namun berjarak, mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat saat ini. Era millenial telah membawa kita pada situasi dan kondisi dimana orang akan lebih peduli dengan gadget daripada orang lain disekitarnya. Era millennial telah melahirkan generasi zaman now yang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi.
Padahal komunikasi secara langsung juga sangat diperlukan agar dapat menjalin hubungan yang lebih intensif dan terarah, misal saja hubungan anak dengan orang tua. Ketika dalam satu keluarga tersebut sudah sibuk sendiri dengan gadget (gawai) mereka masing-masing tentunya dampak yang akan dihasilkan adalah tidak ada hubungan yang erat antara anggota keluarga atau bahkan dapat membentuk sikap antisosial terhadap orang-orang disekelilingnya. Jika dalam satu rumah saja demikian, lalu bagaimana seseorang tersebut membangun hubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya? Keluarga sebagai agen sosialisasi primer memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter anak. Sosialisasi merupakan proses belajar seorang anak untuk menjadi individu yang sesuai dengan nilai dan norma sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Untuk menghadapi persoalan di era millenial, sebenarnya terdapat cara-cara yang selama ini tidak sadari oleh masyarakat untuk mengurangi sikap antisosial generasi millenial sebagai dampak penggunaan teknologi yang berlebihan. Cara tersebut merupakan bagian dari kultur masyarakat dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari sebagian masyarakat.Salah satunya adalah kebudayaan ”nduwe gawe” yaitu istilah yang diberikan kepada tetangga atau seseorang yang sedang memiliki hajatan.Gawe sebagai salah satu kebudayaan yang masih terjaga di sebagian masyarakat tersebut ternyata membawa dampak positif terutama dalam menjalin interaksi dengan sesama masyarakat.
Dalam sistem gawe (hajatan) ini terdapat hubungan resiprositas antar masyarakat. Adanya hubungan resiprositas ini akan menjadikan masyarakat lebih peka terhadap kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain melibatkan masyarakat atau tetangga sekitar, pada sistem gawe ini juga banyak melibatkan karang taruna yang kebanyakan anggotanya adalah para pemuda, dimana mereka juga berperan aktif membantu terselenggaranya acara hajatan tersebut. Dengan demikian mereka akan belajar untuk saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, sehingga akan menciptakan hubungan yang erat antar sesama masyarakat maupun para pemuda yang tergabung dalam karang taruna. Karena tidak mungkin dalam suasana hajatan mereka akan fokus pada gadget masing-masing, justru akan muncul perasaan sungkan jika mereka terlihat asyik sendiri dengan gadget-nya. Oleh karena itu, seorang anak yang aktif membantu dalam acara gawe ( hajatan ) yang digelar oleh tetangganya mereka akan menunjukkan sikap solidaritas, kerjasama, dan saling membantu. Secara tidak langsung, hal ini akan mampu membantu mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan dan dapat menjadi salah satu alternatif sosialisasi sekunder bagi anak untuk membentuk kepribadiannya agar sesuai nilai dan norma yang ada didalam masyarakat. Perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari dan pasti akan selalu terjadi. Oleh karena itu, diperlukan sikap bijak dalam menghadapi perkembangan teknologi tersebut. Agar kita tidak dirugikan oleh sesuatu yang dibuat oleh manusia itu sendiri.
Imanawati, S.Pd.
Guru Sosiologi SMAN Negeri 1 Klego, Boyolali