JATENGPOS.CO.ID, – Di setiap bidang kehidupan, pendidikan yang kita jalani tidak lepas dari moral dan agama. Setiap sekolah memiliki mata pelajaran pendidikan agama. Bahkan sejak di sekolah dasar, guru yang mengajar pun berbeda. Pelajaran pendidikan agama ini biasanya disukai para siswa karena materinya yang ringan, dan siswa tidak perlu berpikir terlalu keras seperti mata pelajaran matematika atau IPA yang membuat para siswa harus belajar ekstra. Pelajaran ini menjadi hal yang difavoritkan anak-anak, terutama apabila guru bersikap menyenangkan.
Meskipun begitu, pelajaran pendidikan agama seringkali dikesampingkan. Bukan karena waktu pelajarannya yang kurang, tetapi karena kurangnya penerapan ke tingkah laku dari materi pelajaran tersebut. Biasanya guru hanya mementingkan bagaimana muridnya bisa memahami teori agama daripada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, dalam pelajaran agama islam yang mewajibkan kita untuk sholat lima waktu. Hal ini tidak bisa sekadar menjadi pelajaran yang harus diingat, tetapi juga harus diterapkan ke dalam kewajiban siswa. Ketika siang, guru dapat mengajak atau setidaknya meluangkan waktu sejenak untuk shalat dzuhur bersama dengan siswa-siswanya di mushola. Lebih bagus lagi apabila guru menggalakkan shalat dhuha di waktu istirahat, sehingga sejak kecil hal-hal itu sudah tertanam. Mereka juga dapat belajar bertangung jawab terhadap kewajiban mereka sejak dini. Banyak dari orang tua siswa yang tidak mengajari anak-anaknya untuk shalat. Untuk itu, peran guru agama begitu penting dalam hal ini.
Tidak hanya shalat, moral dan etika juga perlu dibangun dalam diri siswa. Moral adalah ajaran mengenai baik dan buruk perbuatan dan kelakuan. Sedangkan etika adalah penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Sejak kecil, anak biasanya sudah terbiasa meniru tingkah laku yang didapat melalui lingkungannya. Jika lingkungan sekitar bernilai positif, maka pastilah moral dan etika mereka terbangun dengan baik karena kondisi lingkungan yang kondusif. Akan tetapi, jika lingkungan sekitar bernilai negatif, anak-anak akan cenderung mengikuti hal-hal buruk. Orang tua berperan besar dalam menyaring hal-hal yang pantas untuk anak-anak mereka. Namun jika peran orang tua dirasa kurang, guru lah yang harus meluruskan kembali moral dan etika anak-anak mulai dari pendidikan dasar.
Seringkali ditemukan para siswa yang kasar terhadap guru, seperti berbicara secara tidak hormat, meremehkan, bahkan melukai guru. Pemandangan ini mencerminkan betapa rendahnya moral dan etika mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka bersikap brutal, seperti melakukan tawuran, memakai narkoba, meminum minuman keras, berkelahi, dan lain sebagainya. Bila hal ini dibiarkan, akan berakibat rusaknya generasi sekarang dan masa depan bangsa. Oleh karena itu, demi menjaga martabat bangsa di masa depan, para siswa khususnya anak-anak harus diajarkan pendidikan moral.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan guru antara lain melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia kerjakan. Hal ini bila dibiasakan sejak kecil, kebiasaan ini akan terus terbawa hingga mereka dewasa. Tanggung jawab disini contohnya bisa dengan pekerjaan rumah dan tugas tugas sekolah mereka yang harus diselesaikan tepat waktu. Apabila siswa tidak mengumpulkan tugas tersebut tepat waktu, guru dapat memberikan sanksi. Akan tetapi sanksi yang diberikan bukanlah hal-hal yang berat seperti membersihkan wc sekolah maupun menyuruh siswa berdiri di depan kelas. Hukuman kecil bisa diberikan contohnya dengan menyuruh siswa bercerita pengalaman pribadi di depan kelas, menyanyi, atau mengerjakan soal di papan tulis. Banyak dari para siswa yang masih merasa malu maju kedepan kelas karena hal-hal kecil itu. Hal itu bisa dijadikan sanksi sehingga mereka akan bersemangat mengerjakan tugas mereka dan terlatih untuk bertanggung jawab.
Cara lain yang dapat dilakukan guru adalah melatih siswa untuk berbuat jujur dimanapun mereka berada. Menyontek masih menjadi permasalahan umum yang masih terus dilakukan siswa demi mendapatkan skor yang baik tanpa harus bersusah payah belajar. Para guru selalu punya cara tersendiri untuk mengatasi hal ini. Bukan hanya menyontek, terkadang siswa sering mencuri uang milik temannya. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, bukan hanya temannya yang menjadi korban karena kehilangan uang, tetapi seisi kelas pasti akan saling menuduh mengenai siapa sebenarnya pelaku pencurian uang tersebut. Hal ini akan memperkeruh suasana dan membuat kelas menjadi risau. Dalam mengatasi hal ini, guru dapat memberitahukan agar para siswa selalu menjaga barang-barang dan uang mereka di tempat aman. Guru juga bisa menyarankan agar siswa tidak membawa uang berlebihan. Bisa juga diadakan patroli kelas bergantian setiap jam istirahat untuk menghindari hal-hal tersebut.
Kedepannya, moral mereka telah terdidik dengan baik sehingga di masa depan mereka juga akan mengajarkannya kepada sesama. Janganlah kita menganggap sepele hal itu. Mendidik dan mencerdaskan siswa adalah peran setiap guru.