JATENGPOS.CO.ID, – Berubahnya era pendidikan setiap tahun perlahan-lahan selalu dirasakan para guru dan siswa. Dalam hal belajar mengajar, setiap guru memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan karakter ini menyebabkan timbulnya berbagai reaksi dari para siswa. Siswa dapat dengan mudah paham dengan materi yang diajarkan apabila guru bisa mengondisikan kelas sebaik mungkin. Sebaliknya, guru yang tidak bisa mengontrol suasana kelas, membuat siswa sulit memahami pelajaran dan bahkan sering cepat merasa bosan. Contohnya adalah guru yang sering terlambat atau tidak masuk tanpa memberi kabar, guru yang sering memainkan smartphone saat mengajar, guru yang hanya memberi tugas karena sibuk akan pekerjaan lain, guru yang tidak bersuara lantang, guru yang mengantuk, dan sebagainya.Di mata siswa, guru tersebut seperti tidak bersungguh-sungguh. Hal ini juga berdampak pada kemampuan siswa menyerap materi pelajaran.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam menyerap materi rata-ratanya adalah 20 menit. Sekolah dasar menerapkan 35 menit dalam satu jam waktu pelajaran. Sekolah menengah pertama menerapkan 40 menit, dan sekolah menengah atas menerapkan 45 menit. Misal apabila siswa SMA hanya bisa memahami pelajaran kurang lebih 20 menit, maka pada 25 menit pelajaran kedepannya, siswa akan blank. Bagaimana dengan pelajaran yang mencapai 4 jam pelajaran seperti matematika, kimia, fisika, ekonomi, dan lain yang lainnya?Siswa hanya akan memperhatikan guru tanpa konsentrasi, siswa mudah lupa, sehingga pelajaran yang diserap tidak maksimal.
Disisi lain, siswa lebih menyukai guru yang menyenangkan, membuat mereka menikmati dan memahami pelajaran dengan mudah. Disinilah peran guru galak diperlukan. Akan tetapi, arti “galak” tidak selalu dalam konteks negatif. Tidak selamanya guru galak akan menghukumsiswa yang terlambat atau tidak mengerjakan PR dengan menyuruh siswa berdiri di depan kelas. Guru galak memang dibutuhkan demi mendorong motivasi siswa dalam belajar. Namun, galak dalam arti positif memiliki makna yang berbeda. Apabila dalam kegiatan belajar-mengajar guru sudah menjelaskan dengan aktif tetapi siswa tidak serius, maka disinilah peranan guru galak diperlukan. Guru dapat melakukan berbagai tantangan kepada siswa yang tidak serius tersebut dengan berbagai cara, asalkan tidak memprovokasinya.
Ketika para siswa sudah mulai bosan dengan pelajarannya, guru seharusnya menyadari menurunnya minat siswa dalam memperhatikan pelajaran tersebut. Sudah menjadi tugas guru untuk menemukan metode yang tepat bagi siswanya dalam belajar agar tidak membosankan. Misalnya, guru dapat memberikan lelucon kecil, menceritakan pengalaman, atau memberitakan hal yang sedang populer supaya para siswa tertawa dan melepas sejenak beban mereka. Ketika mereka sudah kembali segar, guru dapat melanjutkan pelajaran sehingga mereka bisa lebih paham dengan apa yang diajarkan. Hal ini dinilai lebih efektif.
Guru galak disini adalah guru galak yang bisa menyesuaikan minat siswa. Misalnya, ketika siswa sedang dikejar waktu karena sebentar lagi akan ujian, guru harus menyesuaikan timing siswa dalam belajar di kelas dengan waktu ujian yang akan datang. Cara paling efektif adalah dengan berlatih soal dan melakukan pembahasan soal. Akan tetapi, guru tidak perlu menekan siswa. Yang harus dilakukan guru adalah mendisiplinkan dan memastikan para siswa untuk benar-benar paham terhadap apa yang diajarkan. Motivasi juga sangatlah penting dilakukan. Siswa akan semakin tertantang mencoba soal-soal baru, sehingga mereka memiliki dorongan kuat untuk berprestasi.
Banyak guru di beberapa sekolah yang relatif tidak kompeten dalam mengajar. Banyak pula siswa yang mengeluhkan hal ini. Akan tetapi, para siswa biasanya tidak berani untuk menyampaikan kritik mereka kepada sekolah, dengan salah satu alasannya adalah tidak berani karena tidak ingin menyakiti perasaan guru tersebut. Untuk itu sekolah sebaiknya melakukan survey pada para siswa mengenai kualitas guru pengajar di sekolah. Sekolah dapat juga memberi pelatihan tambahan pada guru, maupun memberi saran tambahan mengenai apa yang sebaiknya dilakukan guru agar siswa menyenanginya.
Guru harus memahami apa yang dibutuhkan para siswa. Sebelum mengajar, guru juga harus siap mental agar tidak gerogi di depan siswa. Sejauh ini masih banyak guru yang mengaku gerogi jika berada di kelas. Tanpa mereka sadari, guru yang mengaku gerogi di depan kelas akan langsung mendapat pandangan buruk dari para siswa. Jadi, pelatihan guru galak dalam artian disiplin dan terampil adalah hal yang sangat diperlukan dalam melatih mental para guru.
Siti Lestari, S.Pd
Guru SD Negeri Soko
Kecamatan Bagelen, Purworejo