Adanya virus covid- 19 di awal tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Pandemi ini telah memberikan kita begitu banyak pelajaran, tidak hanya tentang upaya memutuskan rantai penularannya, tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi/ ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa melalui ponsel, PC, dan laptop.
Saat ini, sebagian besar siswa di Indonesia diwajibkan untuk belajar di rumah. Konsekuensi dari penutupan sekolah, diantisipasi oleh para guru dengan pembelajaran daring (dalam jaringan). Pembelajaran dilakukan dari rumah atau lazim disebut belajar dari rumah (BDR)
Fakta di SD Negeri 2 Pagerpelah, siswa kelas 4 mengalami kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran secara BDR. Hasil evaluasi awal dari guru menunjukkan bahwa siswa mulai bosan, siswa terlihat sekadar memenuhi kewajiban mengerjakan tugas-tugas yang telah diprogramkan dan mengandalkan mesin pencari di internet seperti google ataupun yahoo untuk membantu menyelesaikan tugas. Blended Learning menjadi solusi yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi pembelajaran di era Pandemi.
Beberapa ahli mendefinisikan Blended learning dengan redaksi yang berbeda-beda. Widiara, (2018:51) Blended Learning atau pembelajaran campuran merupakan sebuah strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memadukan pembelajaran berbasis tatap muka dengan pembelajarn berbasis teknologi informasi yang dilakukan secara daring.
Moebs dan Weibelzahl dalam Husamah, (2014:9) Blended Learning merupakan pendekatan yang mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dengan kegiatan instruksional yang menggunakan media komputer dalam ruang lingkup pendidikan.
Joliffe, Ritter, & Stevens, (2001) menjelaskan bahwa penyajian Blended Learning dapat dilakukan dengan pada awalnya guru melaksanakan pembelajaran tatap muka (face to face), dilanjutkan penugasan on- line untuk di kerjakan di rumah secara mingguan disertai dengan komunikasi atau konsultasi secara online jika siswa mmemerlukan, dan diakhiri dengan evaluasi tatap muka atau ujian tulis di kelas. Dengan penyajian seperti ini, siswa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sajian ini tentu bukan harga mati, Guru SD dapat memodifikasi model penyajian ini sesuai dengan kondisi siswa, lingkungan, belajar, dan sarana dan prasarana yang ada.
Kerres and De Witt, (2003) menyarankan agar dalam menyususn perencanaan dengan blended learning, guru perlu mempeperhatikan 3 hal, yaitu isi (conten), interaksi antara siswa- guru (communication), dan penciptaan kondisi mental dalam rangka membantu memetakan posisi siswa dalam kelas (construction). Dalam merencanakan pembelajaran guru perlu memikirkan tentang isi atau materi apa yang akan diajarkan sesuai dengan kurikulum, komunikasi seperti apa yang akan dibangun dalam pembelajaran dan penciptaan kondisi mental seperti apa agar masing-masing pihak (guru-siswa) dapat berinteraksi di dalam pembelajaran.
Blended Learning menjadi solusi pembelajaran di era pandemi yang membatasi interaksi guru dengan siswa. Dalam pembelajaran ini, selain siswa belajar di kelas seperti biasa, siswa juga dapat belajar secara daring untuk mencari sumber belajar dan informasi untuk menyelesaikan tugas yang diberukan guru. Saya merekomendasikan kepada rekan guru di manapun berada untuk mencoba menerapkan model pembelajaran ini. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan kita bisa melakukan aktifitas normal kembali.
Oleh :
Nindra Innovani, S.Psi
SMKN 2 SUKOHARJO