Peringatan Hari Tani Nasional, Sumanto Berharap Momentum Perbaiki Nasib Petani

PANEN MINAPANI: Sumanto (tengah) saat memanen padi sekaligus ikan di lahan Minapadi di Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Karanganyar. FOTO:DOK/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Ketua Sementara DPRD Jawa Tengah, Sumanto berharap momentum Peringatan Hari Tani Nasional menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki nasib petani. Selama ini, kondisi petani di Jawa Tengah masih jauh dari sejahtera.

Sumanto mengatakan, meski sudah 79 tahun Indonesia Merdeka, nasib petani tak kunjung berubah. Penghasilan mereka jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Di tengah minimnya penghasilan, para petani juga terhimpit tingginya biaya produksi, sulitnya mencari pupuk, dan harga gabah yang rendah. Politisi PDIP ini tak lelah meminta pemerintah mensubsidi harga gabah agar petani lebih sejahtera.

“Perlu kebijakan khusus yang pro petani agar mereka tak terus merugi. Selama ini harga gabah relatif murah yang menyebabkan penghasilan petani jauh dibawah UMR,” ujar Sumanto yang belum lama ini meraih penghargaan Outstanding Leadership In Agricultural Advocacy pada ajang CNN Indonesia Awards 2024. Penghargaan tersebut diberikan atas perhatian Sumanto pada bidang pertanian di Jawa Tengah.

Baca juga:  Dituntut Tingkatkan Pelayanan ke Masyarakat, 177 Lurah di Kota Semarang Dapat Inventaris Motor Baru

Hari Tani Nasional sendiri dirayakan setiap tanggal 24 September, terutama oleh para petani di seluruh Indonesia.

iklan

Sumanto menuturkan, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi penyangga pangan nasional. Rata-rata dalam 5 tahun, Jawa Tengah menyumbang 17,86 % gabah dari keseluruhan kebutuhan nasional. Produksi gabah Jawa Tengah nomor 2 se Indonesia dan hanya kalah dari Jawa Timur. Tahun 2023 lalu produksi gabah Jawa Tengah mencapai 5,2 juta ton.

Menurutnya, saat ini Pemprov dan DPRD Jawa Tengah sudah menetapkan program jangka panjang untuk mempertahankan posisi lumbung pangan nasional.

“Inovasi sektor pertanian perlu terus didorong. Jawa Tengah sudah punya Perda tentang potensi jangka panjang ke depan sebagai penyangga pangan nasional,” ujar politisi asal Karanganyar ini.

Baca juga:  Innalillahi… Selamat Jalan Pak Bambang Krebo

Menurutnya, dengan adanya Perda tersebut, pemerintah daerah, termasuk Pemkab/Pemkot perlu memfokuskan anggarannya. Salah satunya dengan memperbaiki infrastruktur pertanian, dan menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk menahan alih fungsi lahan.

“Ini sudah menjadi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) selama 25 tahun. RTRW harus kita kunci agar tak ada alih fungsi lahan pertanian,” ungkapnya, ditemui di gedung Berlian, kemarin.

Sumanto mengatakan, masalah pangan perlu menjadi perhatian. Sebab ke depan ada ancaman krisis pangan. Impor bahan pangan pun kini tak mudah karena negara-negara lain memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.

“Jateng adalah salah satu lumbung pangan nasional, arahnya harus ke situ. Lahan-lahan pertanian teknis itu harus dipertahankan, jangan dijadikan industri. Jangan jadikan perumahan, karena itu dulu warisannya Belanda. Dulu itu dibuat teraseringnya begini dan perairannya begitu,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini luas lahan pertanian di Jawa Tengah terus berkurang. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh pada posisi Jawa Tengah sebagai lumbung pangan nasional.

Baca juga:  Rawan Tawuran, Polisi Minta Persis vs PSIS  di Manahan Tanpa Penonton 
Sumanto saat memanen padi sekaligus ikan di lahan Minapadi di Kelurahan Jungke, Kecamatan Karanganyar, Karanganyar. FOTO:DOK/JATENGPOS

Sumanto menilai, sektor pertanian merupakan yang terpenting di Jawa Tengah. Sehingga, ia berharap lahan pertanian menjadi hal yang mestinya dijaga dengan baik.

Lebih lanjut, alih-alih menggunakan lahan pertanian yang subur, Sumanto menyebut lahan kritis bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.

Sumanto juga mendorong pemerintah meningkatkan riset dan penelitian pada bidang pertanian untuk membantu para petani. Ia menganggap riset dan penelitian pertanian di Indonesia masih cukup minim. Menurutnya, selama ini para petani susah berinovasi sehingga perlu mendapat bantuan dari pemerintah.

“Harus ada penelitian untuk memajukan petani. Pemerintah harus fokus, ke depan negara akan kekurangan pangan. Sedangkan anggaran sektor pertanian saat ini masih kecil,” ujarnya. (muz)

iklan