Dunia pendidikan kembali lagi terguncang dengan munculnya berbagai masalah kenakalan remaja dan kasus kejahatan yang melibatkan anak usia sekolah di tahun 2019 ini. Mulai dari tawuran sampai pembacokan. Keadaan tersebut menggugah dunia pendidikan untuk lebih menggencarkan adanya pendidikan karakter sejak dini.
Sebenarnya pendidikan karakter sejak dini sudah diatur sejak tahun 2003. Pendidikan karakter sudah tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selama ini berbagai karakter yang diminta dalam undang – undang tersebut belum dapat tercapai secara maksimal. Banyak ditemukan karakter – karakter kurang baik pada siswa ketika berhubungan langsung dengan masyarakat atau dunia luar. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pembiasaan bersosialisasi dengan sekitar. Mereka cenderung melakukan aktifitas secara individual.
Penawaran berbagai game atau permainan melalui android ataupun perangkat computer lebih menarik untuk anak – anak maupun orang dewasa. Tanpa disadari permainan tersebut membuat anak cenderung bersifat individual. Mereka jarang bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Mereka asyik dengan dirinya sendiri, tingkat kepedulian dengan lingkungan sekitar pun kurang diamati.
Untuk menghadapi hal tersebut guru harus dapat mengemas pembelajaran yang menarik di sekolah. Dunia anak – anak adalah dunia bermain, Dengan bermain anak – anak akan mendapatkan pengalaman belajar secara alami.Pengalaman tersebut akan muncul dalam ingatan jangka panjang siswa. Dengan dasar tersebut guru dapat menciptakan permainan yang lebih menarik sehingga mengalihkan perhatian anak- anak dari permainan/ game pada android. Selain itu diharapkan permainan yang dikemas guru dapat menggembangkan kemampuan anak baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga mampu mengembangkan karakter – karakter positif untuk anak – anak. Sehingga dengan berbagai permainan diharapkan muncul karakter- karakter positif yang akan tertanam secara permanen dalam kehidupan anak.
Pembelajaran dalam bentuk permainan anak secara berkelompok menjadi salah satu pilihan alternative pembelajaran yang lebih efektif untuk menumbuhkan karakter positif anak – anak. Karena dengan berkelompok anak – anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga lambat laun anak – anak dapat menghilangkan sifat individual dan meningkatkan sifat sosial mereka. Dengan mempraktekkan permaianan berkelompok dapat memunculkan berbagai karakter positif antara lain : belajar bersosialisasi, bekerjasama, berkomunikasi, tolong menolong, saling menghormati, saling menghargai, suka bermusyawarah, jujur, tanggung jawab, adil, dan lain – lain.
Berbagai macam pilihan model pembelajaran secara berkelompok zaman dahulu dapat digunakan, dalam pembelajaran yang dilakukan guru. Contoh model pembelajarannya antara lain : cooperative integrated reading and composition, cooperative script, student teams achievement divisions (STAD), jigsaw, mind mapping, debate, tari bambu, snowball throwing, group investigation, role playing, think pair and share, dan lain – lain.
Selain model – model pembelajaran lama, guru juga dapat mengemasnya dalam bentuk permainan – permainan baru sesuai dengan keinginan guru, sehingga guru akan lebih mudah mengatur jalannya pembelajaran di kelas. Dengan model permainan yang diciptakan, guru membuat siswa dapat mengembangkan karakter positif dengan cara yang menyenangkan dan tidak meninggalkan dunia mereka, yaitu dunia bermain.
Dengan demikian jelaslah bahwa dengan mengemas permainan dalam pembelajaran dapat merangsang karakter posistif anak dalam kehidupan sehari – hari tanpa menghilangkan dunia bermain mereka. Sehingga karakter positif siswa dapat berkembang bersama dengan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor anak.
Haidar Rohbiyatun, S.Pd.
SD N Petompon 02 Semarang