Pembelajaran sejarah adalah salah satu pembelajaran yang banyak menekankan aspek kognitif di samping afektif. Seringkali sejarah dianggap “enteng “ oleh siswa maka mereka bersikap kurang acuh dengan sejarah, karena ada yang berfikir “yang penting kan nilaiku bagus!”. Hal ini memunculkan kesan pada siswa bahwa sejarah adalah pelajaran yang membosankan , kurang menarik, bikin ngantuk dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu maka guru sejarah dituntut untuk lebih kreatif menyususn metode pembelajaran yang menarik bagi siswa. Dalam kesempatan ini penulis ingin membagi pengalaman tentang penggunaan metode pembelajaran permainan soal estafet dalam materi “Masa Pra Aksara di Indonesia..
Dalam metode ini siswa dilibatkan secara aktif. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan adalah; a. Buku materi /LKS, b. Kertas kosong, c. Alat tulis dan peluit, d. Halaman sekolah atau lapangan.
Dalam pelaksanaan siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi. Kemudian siswa diiajak untuk keluar kelas, guru memberikan instruksi bahwa dalam hitungan 3 menit siswa harus mampu membentuk kelompok minimal 3 kelompok dengan anggota yang heterogen yaitu ada campuran siswa laki-laki dan perempuan. Mengapa pembentukan kelompok tidak ditentukan oleh guru ? Semua itu dilakukan untuk melatih siswa mandiri, sedangkan waktunyya dibatasi juga melatih siswa untuk menghargai waktu, cekatan dan disiplin, pembentukan kelompok secara heterogen dengan maksud agar tidak ada diskriminasi atau perbedaan gender.
Setelah kelompok terbentuk siswa berbaris dari depan ke belakang menurut kelompoknya masing-masing. Di depan mereka kira-kira jarak 200 meter , guru menempatkan selembar kertas kosong dan bolpoin. Guru memberikan aba-aba jika peluit dibunyikan barisan paling depan berlari untuk menuliskan soal tentang materi “ Masa Pra Aksara di Indonesia”. Setelah siswa selesai menulis soal, lari ke barisannya kembali dengan memberikan bolpoin kepada barisan belakangnya untuk segera berlari menuliskan jawabannya., jika sudah selesai meneriakkan kata YESS!!…sambil secepatnya beralari kepada barisan belakangnya untuk memberikan bolpoin . Begitu seterusnya sampai semua mendapatkan giliran untuk menulis soal dan jawaban.Ada perbedaan antara pembuat soal dan yang menjawab soal, yaitu untuk yang membuat soal hanya membuat soal saja sedangkan yang menjawab setelah menjawab harus meneriakkan kata YESS!!..yang menunjukkan semangat keberhasilan.
Setelah semua mendapat giliran, hasil pekerjaan dikumpulkan oleh guru dan dibahas bersama-sama. Kelompok yang mendapatkan poin terbanyak dialah yang mendapat penghargaan sebagai peringkat satu, dua dan seterusnya . Poin dihitung dengan melihat , bobot soal juga kebenaran dalam menjawab. Semakin tinggi tingkat kesulitan soal akan semakin banyak nilai yang diperoleh dan jawaban yang benar juga akan menambah poin atau nilai dalam kelompok.
Ada dua penilaian dalam permainan ini yaitu penilaian kelompok dan individu. Penilaian kelompok diambil dari kerjasama, kekompakkan, juga seluruh nilai total. Sedangkan nilai individu diperoleh dari masing-masing tugas yang sudah diberikan, pembuat soal yang dinilai adalah bobot soal dan kecepatan menulis , sedangkan untuk yang menjawab yang dinilai adalah dan kecepatan menjawab soal.
Permainan ini diakhiri dengan pengarahan kepada siswa apa manfaat dalam pembelajaran dengan permainan soal estafet ini. Beberapa manfaatnya adalah; a. Anak harus mampu menguasai materi, b. Membentuk sikap mandiri,c. Mampu menghargai waktu, d. Ada rasa gembira karena belajar di luar kelas.Model ini diyakini mampu mendobrak prestasi belajar IPS sejarah.
Siti Maimunah, S.Pd.
Guru SMP N 1 GEYER Kab.Grobogan