Permainan Tradisional Tingkatkan Pendidikan Karakter

Juli Endah K, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Gunungwungkal Pati
Juli Endah K, S.Pd Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Gunungwungkal Pati

MASA anak adalah masa yang identik dengan bermain. Permainan tradisional zaman dulu, dinilai banyak mengajarkan pendidikan karakter. Namun seiring perkembangan zaman, kini anak-anak zaman milineal mulai melupakan permainan tradisional, dan lebih asyik dengan gadget maupun  permainan modern lainnya.

Sebenarnya bangsa Indonesia punya banyak jenis permainan tradisional  yang ternyata bisa menstimulus perkembangan mental anak, bahkan sebagai sarana edukasi.  Tidak perlu peralatan yang canggih dalam memainkannya, tapi cukup menggunakan peralatan sederhana yang mudah didapatkan dari lingkungan kita, seperti kayu, bambu, batu, tanah, genting, pasir  atau peralatan bekas lainnya.

Sebagai contoh permainan egrang yang terbuat dari bambu, mobil-mobilan dari bambu dan sandal bekas, telepon-teleponan dari kaleng bekas, ataupun boneka dari gedebog pisang. Namun seiring  dengan perjalanan waktu, jenis permainan tradisional ini mulai punah dan sudah tidak banyak kita temukan. Padahal jenis permainan ini   bisa menstimulasi perkembangan anak, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi yang  positif, kerja sama,  membantu anak mengontrol diri,  mengembangkan empati, taat pada peraturan, dan menghargai orang lain.   Setidaknya permainan tradisional bisa membantu mengontrol emosi  dan kepekaan sosial anak.

Baca juga:  “Bermain Kartu” Tingkatkan Motivasi Belajar IPS

Melalui permainan tradisional,  orangtua kita sudah melaksanakan pendidikan karakter bagi anak-anaknya sesuai dengan kodrat dan jenis kelaminnnya. Sebagai contoh, dengan bermain boneka diharapkan anak perempuan setelah besar bisa mengetahui bagaimana mengasuh dan mendidik anak dengan baik. Dengan masak-memasak anak secara langsung belajar bagaimana nanti memasak beneran kelak sebagaimana kodratnya sebagai wanita, yakni mengasuh anak dan memasak.

iklan

Demikian juga anak laki-laki, dengan bermain mobil-mobilan, tembak-menembak, mereka bisa tumbuh sesuai dengan kodratnya laki-laki.  Selain itu, tidak kita sadari, dengan peralatan yang sederhana tanpa harus membeli, orangtua kita telah mengajari kreativitas bagi anak-anaknya.

Karena itu, perlunya pelestarian permainan  tradisional kepada sang anak. Orangtua  juga harus jeli dan selektif memberikan jenis permainan kepada anak-anaknya. Orang tua adalah pihak yang memiliki peran penting dalam upaya pembentukan karakter anak.  Orang tua harus menyadari peranannya sebagai pelindung, pendidik, dan penanggung jawab terhadap dunia dan akherat, sehingga orangtua harus meluangkan waktunya untuk anak, menjadi sahabat bagi anak dengan kasih sayangnya, membekali anak dengan pengetahuan agama, serta menjadi teladan bagi anak dalam bersikap dan berperilaku.

Baca juga:  Matematika Menyenangkan dengan ‘’TPS’’

Selain itu, kerja sama dan  peranan dari guru  dan pemerintah sangat diperlukan. Guru dan institusi pendidikan tempat anak bersekolah dan bergaul harus bisa menjalankan fungsinya sebagai proteksi  dalam mengajar dan mendidik anak.  Sedangkan pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengatur dan membina masyarakat seharusnya bisa mengontrol jenis permainan, warnet, dan tempat-tempat bermain anak agar tidak menjerumuskan anak dalam bahaya yang secara tidak langsung berpengaruh pada karakter bangsa.

Permainan  tradisional harus dikembalikan posisinya sebagai permainan anak Indonesia. Semua pihak dapat mengenalkan permainan tradisional bersama anak, bahkan kalau perlu bisa memodernkan permainan tradisional agar tidak terkesan ketinggalan zaman.

Juli Endah K, S.Pd

Guru Bahasa Jawa SMPN 2 Gunungwungkal Pati

Baca juga:  Konseling Realita Tingkatkan Kehadiran Siswa
iklan