JATENGPOS.CO.ID, Menjadi guru dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dalam melaksanakan profesinya. Permasalahan yang muncul di ruang kelas kaitanya dengan proses pembelajaran membutuhkan solusi yang cerdas sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran di SMK khususnya program keahlian teknik otomotif mengalami beberapa kendala yang salah satunya disebabkan oleh kepentingan komunikasi. Sebagai contoh pada saat kita membelajarkan siswa tentang pemahaman nama-nama komponen mesin otomotif.
Komponen mesin (Spareparts) memiliki sebutan berbeda berdasarkan nama bengkel, nama Indonesia, dan nama teknik. Contoh, komponen yang bernama stang seker (nama bengkel), batang torak (nama Indonesia), Conecting rod (nama teknik). Jadi satu komponen mesin mempunyai tiga nama. Siswa SMK harus memahami ketiga-tiganya dengan tujuan agar dapat berkomunikasi dengan praktisi bengkel, ketika belajar di sekolah, dan ketika mengerjakan ujian nasional.
Permasalahan mengemuka ketika siswa hanya menguasai salah satu dari ketiga nama tersebut. Hanya menguasai nama bengkel maka akan kesulitan nantinya jika berhadapan dengan soal-soal ujian nasional. Begitupun sebaliknya, hanya menguasai nama komponen mesin dalam bahasa Indonesia maka kesulitan jika berkomunikasi dengan praktisi dari bengkel. Pemahaman tentang komponen mesin harus diletakkan kuat pada siswa diawal kelas X. Sementara itu di sisi lain, kelas X adalah siswa yang baru lulus dari jenjang SMP bertemu dengan ilmu baru, beradaptasi dengan jurusan baru (kadang ditemukan siswa dengan pemilihan jurusan yang tidak sesuai minat dan bakatnya), dan cara-cara belajar yang berbeda (komposisi 30% teori, 70 % praktik). Kondisi tersebut kadang ditambah dengan permasalahan dukungan bahan dan rasio peralatan praktik yang belum memenuhi standar. Permasalahan yang menghambat tercapaianya tujuan pembelajaran tersebut perlu diselesaikan. Seorang guru harus mampu berinovasi dan berkreasi secara cerdas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menciptakan suatu cara yang menarik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang dilakukan oleh lorna current dengan metode make a match di adopsi dan dimodifikasi menjadi metode sangkar ajaib. Sangkar ajaib merupakan akronim dari pasang kartu antara jawaban dan istilah bengkel. Penerapan metode sangkar ajaib sangat mudah. Tahap pertama guru menyiapkan beberapa set kartu remi yang biasa di gunakan untuk olahraga bridge. Jumlah kartu disesuaikan dengan jumlah komponen mesin yang akan di jadikan target penguasaan materi pembelajaran. Kemudian menyiapkan print out gambar per komponen mesin, nama komponen mesin dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa teknik, dalam bahasa bengkel, dan print out fungsi komponen mesin. Print out berukuran sama persis dengan ukuran kartu bridge. Kemudian print out ditempelkan dengan lem untuk menutup gambar kartu bridge, sehingga kartu bridge sudah berubah menjadi kartu media pembelajaran.
Tahap berikutnya melaksanakan pembelajaran. Kelas kita bagi menjadi lima kelompok yang masing-masing menerima kartu sesuai dengan karakter kelompoknya. Kelompok 1: tentang fungsi komponen mesin, kelompok 2: gambar komponen mesin, kelompok 3: nama komponen mesin (bahasa bengkel), kelompok 4: nama komponen mesin (bahasa Indonesia) kelompok 5: nama komponen mesin (bahasa teknik). Masing masing siswa fokus dengan kartu-kartu yang dipegangnya. Guru mempersilahkan siswa mencari pasangan kartunya ke kelompok lain. Pasangan kartu dianggap benar apabila telah klop antara kartu fungsi komponen mesin sesuai dengan gambar komponen mesin, sesuai dengan nama komponen mesin dalam bahasa bengkel, sesuai dengan nama komponen mesin dalam bahasa Indonesia, dan sesuai dengan nama komponen mesin dalam bahasa teknik (5 buah kartu). Setelah seluruh siswa mendapatkan pasangannya, selanjutnya guru melakukan konfirmasi agar para siswa memahami kesimpulan yang didapatkan pada pembelajaran tersebut.
Metode sangkar ajaib yang sederhana tersebut mampu mempercepat penyerapan informasi karena siswa belajar menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan. Media sederhana berupa kartu membuat siswa belajar seperti melakukan permainan, sehingga siswa tidak merasa terbebani target pembelajaran. Meskipun demikian metode ini perlu untuk di kembangkan dan membutuhkan keahlian guru dalam mengelola pembelajaran agar ruang kelas tidak terjadi kegaduhan.
Suhari, S.Pd, M.Pd
SMK Negeri 1 Kismantoro