Pembelajaran IPS di sekolah masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa pengetahuan saja, sehingga aspek keterampilan dan sikap kadang masih terabaikan. Pembelajaran dan pemberian tugas IPS kepada peserta didik yang hanya dihadapkan pada buku saja tentu akan membuat peserta didik semakin bosan dan kurang termotivasi terhadap pelajaran IPS. IPS selama ini dianggap pelajaran yang membosankan karena muatan materinya hanya dianggap bersifat hafalan dan pemberian tugas oleh guru hanya dianggap memindah catatan saja. Hal ini terjadi juga pada pembelajaran IPS kelas VII di SMP Negeri 2 Temanggung.
Dari serangkaian kegiatan belajar di kelas, peserta didik akan sangat antusias jika diberi kesempatan untuk menganalisis berbagai permasalahan sosial, budaya, ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS mestinya berisi tentang bagaimana peserta didik melakukan aktivitas tersebut tidak hanya menghafalkan serangkaian informasi atau fakta, konsep, dan teori saja. Dengan demikian capaian pembelajaran menjadi tiga domain yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku, serta keterampilan. Aspek nilai antara lain mencakup norma sosial dalam kehidupan masyarakat, aspek keterampilan antara lain keterampilan menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan siapapun (PSMP Kemendikbud, 2008:18).
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dapat menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PjBL). PjBL dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS kelas VII semester genap KD 3.3 dan 4.3 materi kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi) berupa tugas proyek melalui wawancara narasumber dan observasi UMKM di lingkungan tempat tinggal peserta didik.
PjBL adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai inti pembelajaran dengan melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (Widarwati, 2016:135). PjBL adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (Hasnawati, 2015). Langkah-langkah pembelajaran PjBL adalah penentuan pertanyaan mendasar, mendesaian perencanaan proyek, menyusun jadwal, memonitor peserta didik dan kemajuan proyek, menguji hasil, mengevaluasi pengalaman (Widarwati, 2016: 137). Untuk pelaksanaannya, guru dapat melakukan langkah-langkah antara lain membentuk kelompok peserta didik sesuai tempat tinggal untuk memudahkan kunjungan proyek, menentukan pedoman pertanyaan wawancara dan observasi, menentukan waktu pelaksanaan proyek, memantau perkembangan pelaksanaan proyek, menguji proyek, dan mengevaluasi kegiatan bersama dengan peserta didik.
Selama kegiatan di lapangan, peserta didik dapat memanfaatkan telepon genggam untuk mengirim laporan pandangan mata disertai foto-foto selama kegiatan ke telepon genggam guru sehingga guru dapat memantau keadaan peserta didik di lapangan. Pembelajaran tidak langsung dalam hal ini agar peserta didik memiliki sikap tanggungjawab menggunakan telepon genggamnya untuk kegiatan yang bermanfaat, Tentu hal ini akan sangat menarik karena anak-anak jaman milenial tidak jauh dengan aktivitas menggunakan telepon genggam.
Implementasi model PjBL ini akan membantu peserta didik mencapai kompetensi pengetahuan yang akan dibangun sendiri oleh peserta didik melalui wawancara narasumber dan observasi. Juga kompetensi keterampilan melalui keterampilan bertanya dengan narasumber dan menyusun laporan proyek. Di samping itu, kompetensi sosial melalui interaksi dengan peserta didik lain dalam kerja kelompok maupun dengan masyarakat pelaku UMKM. Hasil pembelajaran ini juga dapat menimbulkan sikap spiritual bersyukur kepada Tuhan mungkin keadaan keluarga peserta didik lebih baik daripada yang diobservasi, sebagai sarana rekreasi edukasi setelah berkutat dengan pembelajaran di kelas.
Etik Lismawati, S.Pd.
Guru IPS, SMP Negeri 2 Temanggung Jawa Tengah