Pembelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal(mulok) wajib di Jawa Tengah masih kurang maksimal. Kurtilas turut mewarnai mulok bahasa Jawa. Hanya saja pada kompetensi dasar(KD) yang ada, belum bisa dilaksanakan sampai paripurna. Misalnya pembelajaran mengenai iklan(pariwara) pada kelas VIII(delapan). di SMP 17 Semarang pun belum maksimal.
Kondisi awal rata-rata dari KKM 72, di kelas VIII(Delapan), hanya 67 persen saja. Selebihnya siswa belum mampu memahami konsep iklan dengan baik. Konsep tersebut mencakup ciri-ciri iklan, syarat membuat iklan, memahami isi iklan, dan jenis iklan.
Pembelajaran iklan ini sesuai pada sebaran standar isi pad KD 3.3 kelas VIII jenjang SMP. Pada proses pembelajaran awal, guru membangun konsep apa itu iklan?Pembelajaran diawali dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) KD tersebut. Lalu guru memulai membangun konsep tentang iklan.
Berangkat dari rendahnya ketuntasan belajar iklan di kelas VIII(delapan) SMP 17 Semarang tahun 2018/2019, maka diperlukan terobosan jitu dari guru. Berawal dari analisis konteks kondisi SMP 17 Semarang dari sisi sarana dan kesiapan siswa, maka penulis mencoba menggunakan model Project based learnig(PjBL). Konsep PjBL tentu berawal dari sintaks-sintaks yang ada. Intinya dalam konsep model tersebut, ada satu masalah konkret yang dilempar ke siswa.
Project Based Learning (PjBL) merupakan strategi belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan (Sani, 2014: 172).
Sejalan dengan Sani, maka Istarani (2011: 156) berpendapat bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa PjBL merupakan pembelajaran yang menyajikan hal berupa proyek kepada siswa. Siswa diharapkan mampu memecahkan dan mengerjakan proyek tersebut bisa secara individu maupun kelompok. Intinya melalui PjBL siswa memiliki pengalaman belajar yang mendalam.
Pembelajaran memahami iklan (pariwara) pada maple bahasa Jawa di kelas VIII (delapan) jenjang SMP menuntuk kreatifitas guru. Melalui PjBL ini, guru menyusun RPP. Selanjutnya guru memahami sintaks model ini. Mulai menyusun kelompok,lalu menyampaikan materi pokok tentang iklan. Selanjutnya siswa secara berkelompok menyusun program proyek. Termasuk di dalamnya jadwal mengerjakan proyek tersebut.
Diffily dan Sassman (dalam Abidin, 2014: 168) menjelaskan bahwa model Project Based Learning memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut. 1) Melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. 2) Menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata. 3) Dilaksanakan dengan berbasis penelitian. 4) Melibatkan berbagai sumber penelitian. 5) Bersatu dengan pengetahuan dan keterampilan. 16 6) Dilakukan dari waktu ke waktu. 7) Diakhiri dengan sebuah produk tertentu. Sementara itu, Stripling, dkk. (dalam Sani).
Dengan demikian, pada pembelajaran iklan bahasa Jawa, siswa diarahkan untuk membentuk kelompok. Selanjutnya siswa menyusun program proyek, mulai jadwal pembuatan sampai hasil akhir. Semua tahapan disesuaikan dengan jadwal yang disepakati. Proyek iklan bahasa Jawa kelas VIII di SMP 17 Semarang tahun pelajaran 2018/2019, siswa membuat iklan audio visual. Mereka berkelompok melakukan shooting video menggunakan smartphone. Langkah selanjutnya siswa mengedit video iklan tersebut. Langkah berikutnya preview hasilnya. Jika sudah baik, dapat dinilaikan kepada guru. Hasil proyek video iklan selanjutnya diupload ke youtube.
Diyakini, melalui model proyek based learning, pembelajaran iklan bahasa Jawa di SMP 17 Semarang meningkat. Siswa akan mudah memahami iklan karena praktik langsung melalui proyek proses pembuatan ikla berbahasa Jawa. Guru bahasa Jawa disarankan mau menggunakan model tersebut.
Tukijo, S.Pd
Guru Bahasa Jawa SMP 17 Semarang