Pojok baca adalah upaya untuk mengembangkan minat baca anak didik melalui pemanfaatan pojok kelas sebagai perpustakaan kecil . Pojok baca merupakan wujud komitmen SLB Manunggal Slawi melalu perpustakaan dalam mendukung Gerakan Wajib membaca 15 menit yang dicanangkan oleh Pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015.
Melalui pojok baca diharapkan dapat menanamkan kepada anak didik untuk menciptakan budaya membaca dan kebiasaan segala hal yang berhubungan dengan gemar membaca . Selain itu dengan gemar membaca anak memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa yang mendatang.
Anak Tuna Grahita adalah anak yang memiliki keterbelakangan mental yang membuat mereka mengalami kesulitan dalam bidang sosial, komunikasi maupun akademik.Tuna grahita ringan disebut juga maron atau debil, memiliki IQ 52-68, dan masih dapat belajar membaca, berhitung, maupun menulis sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik.
Membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna yang terkandung dalam bahan bacaan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Kata merupakan kumpulan dari pada bunyi ujaran yang mengandung arti.
Peran sekolah sangat vital dalam meningkatkan minat baca anak. Melalui fungsi edukasi yang melekat pada sekolah melalui perpustakaan sekolah. Dimulai dari pengenalan dini pada perpustakaan, kunjungan ke perpustakaan serta pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Selain perpustakaan di SLB Manunggal ada pojok baca di setiap bagian.
SLB Manunggal Slawi memiliki program salah satunya pembinaan minat baca melalui pojok baca. SLB Manunngal Slawi untuk memacu siswa-siswanya untuk gemar membaca, salah satunya dengan mengadakan ruang pojok baca di setiap bagian. Di SLB manunggal slawi ada 3 jenis ketunaan yang meliputi bagian B, C dan C1, maka di SLB manunggal ada 3 ruang pojok baca yang ada di setiap pojok bagian. Pojok baca bagian B untuk anak tuna rungu, Pojok baca C untuk anak tuna grahita ringan, ada Pojok baca C1 untuk anak tuna grahita sedang.
Keterlibatan dan peran serta guru SLB Manunggal sangat penting dalam menumbuhkan minat baca anak tuna grahita, guru berperan aktif untuk menanamkan akan pentingnya membaca dalam kehidupan, terutama untuk mencapai keberhasilan di sekolah, disamping itu anak juga akan mendapat sebuah hiburan. Guru sebagai pengatur dan pengelola semua kegiatan membaca anak dengan mendinamiskan seluruh bacaan yang ada. Misalnya dengan membuat jadwal pendampingan membaca anak tuna grahita, jadi setiap harinya ada 2 sampai 3 orang guru yang akan mendampingi anak tuna grahita dalam membaca, karena disini guru selain sebagai pendamping juga sebagai nara sumber bagi anak. Anak tuna grahita selain membaca juga dilibatkan untuk ikut merawat dan membersihkan buku bacaan dengan mengorbankan waktu mereka agar anak tumbuh rasa sayang terhadap ruang pojok baca dan koleksi buku bacannya.
Upaya yang telah dilakukan SLB Manunggal melalui pojok baca, membuka minat baca anak tuna grahita semakin meningkat, banyak anak yang telah menggunkan waktu luang mereka dengan membaca, yang dulu waktu mereka hanya digunakan dengan bermain saja. Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Diharapkan kebiasaan membaca tidak hanya diterapkan disekolah saja tetapi diterapkan dalam keluarga. Keluarga dapat dijadikan sebagai saran pembinaan minat baca pada anak tuna grahita.
Marningsih, S.Pd.
Guru SLB Manunggal Slawi