Era digital menjadikan informasi dapat terakses dengan baik. Namun disisi lain, kecendrungan siswa pada gawai semakin menggerus minat terhadap buku analog. Rendahnya minat baca itu tidak hanya karena kemalasan tapi karena perasaan bosan. Sebagai bagian dari generasi digital native, penafsiran siswa terhadap bahan bacaan kini bergeser. Sesuatu yang interaktif dan dapat dengan mudah diakses dalam proses pembelajaran itulah yang diinginkan. Sayangnya buku-buku pelajaran, buku pendamping maupun segala literatur di perpustakaan tidak menyajikan hal yang demikian. Fenomena tersebut menjadi salah satu penyebab rendahnya minat literasi pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Kedung Kabupaten Jepara. Dari data kunjungan perpustakaan di sekolah ini, hanya berkisar 20 % jumlah siswa kelas IX yang berminat untuk membaca buku bertema IPA di perpustakaan sekolah setiap harinya. Hal tersebut berbeda jauh dengan kebiasaan siswa dalam penggunaan gawai. Lantas, bagaimana cara menyinergikan kecendrungan penggunaan gawai dengan minat literasi pembelajaran IPA siswa?
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan Pojok Literasi Cyber (Policy) yang menggunakan aplikasi Barcode. Barcode merupakan aplikasi unduhan gratis. Aplikasi ini berupa sekumpulan data optik yang tersembunyi dalam bentuk kode-kode batang maupun matriks. Dengan sedikit kreatifitas ia bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA. Untuk mengakses informasi yang ada di dalam barcode tersebut, kita hanya cukup memindainya dengan aplikasi pemindai sepeti Qrboot. Langkah awalnya dengan menyiapkan sebuah pojok baca. Selanjutnya membuat barcode-barcode yang berisi informasi pembelajaran IPA untuk nantinya siap dipajang disitu secara berkala. Melalui www.Qrstuf.com kode-kode dalam bentuk matriks ini dapat dibuat. Platform tersebut, menyajikan pilihan tipe data yang ingin dimasukkan sebagai kotak data informasi materi pembelajaran IPA yang dibutuhkan baik berupa hasil karya sendiri maupun dari penelusuran mensin pencari. QR Code hasil unduhan dapat langsung dipindahkan dalam kertas kerja untuk selanjutnya ditampilkan dalam “Policy” sehingga bisa segera diakses oleh siswa selama maupun diluar kegiatan pembelajaran. “Policy” dapat menjadi salah satu area yang bisa menghimpun berbagai informasi digital. Ia merupakan alternatif pilihan cara berliterasi siswa. Penyimpanan tautan pembelajaran IPA dalam bentuk kode-kode digital semakin menambah rasa kemelitan siswa terhadap informasi baru. Menumbuhkan rasa penasaran yang terus-menerus sangat baik dalam upaya meningkatkankan budaya literasi di kalangan siswa. Karena rasa ingin tahu (kemelitan) adalah bagian penting dari proses belajar. Hal tersebut dapat mengembangkan kecakapan yang diperlukannya nanti dan menjadi pondasi bagi kemudahan belajar mereka.(Baswardono, Dono 2015 : 64)
Dari hasil pengamatan, pemanfaatan ”Policy” meningkatkan dampak positif untuk menarik minat literasi di pembelajaran IPA. Selain siswa bisa memperoleh berbagai informasi terkini terkait pembelajaran IPA, mereka juga dapat ikut serta mengisi konten literasi disini dalam bentuk karya, vidio maupun konten lain yang mendukung proses pembelajaran. Kegiatan ini menjadi alternatif peningkatan minat literasi pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Kedung Jepara hingga 40% kunjungan siswa di “Policy” untuk berliterasi setiap harinya. “Policy” bisa menjadi salah satu cara untuk mengarahkan siswa terhadap pemanfaatan informasi teknologi ke arah positif tanpa menghalangi mereka untuk tetap menggandrungi gawai. Hal ini sejalan dengan pemikiran Husaebah, Sitti .P (2014: 117-128), literasi informasi merupakan kemampuan dalam menemukan informasi yang diperlukan, mampu menggunakan teknik untuk menemukan informasi tersebut termasuk juga mampu menggunakan informasi secara efektif.
Oleh :
Dwi Yunita Sari, S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 3 Kedung Jepara