Dalam dunia pendidikan kemampuan membaca memiliki peran yang sangat penting. Membaca merupakan sebuah pekerjaan produktif yang menyenangkan. Dengan membaca kita dapat mengetahui dan belajar berbagai pengalaman hidup. Selain itu melalui buku bacaan yang kita konsumsi dapat mengambil inspirasi dari pandangan atau gagasan manusia untuk membantu menyelesaikan berbagai permasalahan. Aktivitas membaca sangat dibutuhkan untuk membantu pemahaman terhadap pengetahuan, terutama bagi peserta didik sekolah dasar (SD) di kelas-kelas awal. Biasanya peserta didik kelas awal akan menghadapi kendala dalam mengikuti materi pelajaran jika belum mampu membaca dengan lancar.
Untuk mengembangkan minat baca peserta didik dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya melalui rekreasi literasi atau studi perpustakaan, kompetisi membaca/ menulis, tugas meresensi ataupun memancing minta baca dengan membacakan dongeng/ cerita terlebih dahulu. Pendidik hendaknya kaya akan strategi supaya dapat memancing dan memotivasi peserta didik agar memiliki minat baca yang tinggi. Hal ini akan berdampak positif pada keingintahuan peserta didik terhadap hal-hal baru yang bermanfaat maupun tumbuhnya kemandirian belajar. Salah satu strategi yang dapat diterapkan pendidik untuk membangun dan mengembangkan minat baca peserta didik di kelas awal adalah melalui bantuan media buku pop up.
Buku Pop up menurut Dzuanda (2011: 1), yakni sebuah buku yang mempunyai bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Sedangkan menurut Nancy dan Rondha (2012:1) pop up book adalah buku yang menawarkan gerakan serta interaktif melalui penggunaan mekanisme kertas seperti lipatan, gulungan, slide, tab, atau putaran. Menurut Zahro (2016: 47) mengatakan bahwa buku Pop-Up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak ketika halaman buku dibuka sehingga konstruksi kertas pada halaman berubah. Buku ini didukung dengan visualisasi 3 dimensi, karena biasanya buku-buku yang saat ini hanya tampilan 2 dimensi. Dengan adanya tampilan 3 dimensi ini akan membuat peserta didik semakin tertarik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga pesan yang disampaikan oleh pendidik akan mudah diterima peserta didik dan diharapkan motivasi belajar dapat meningkat.
Beberapa kelebihan buku pop up sebagai media pembelajaran antara lain: pertama, buku pop up membuat peserta didik lebih tertarik untuk membaca karena berbentuk tiga dimensi; kedua, membuat aktifitas membaca menjadi suatu kegiatan yang interaktif bagi penggunanya, baik secara pribadi maupun secara kelompok; ketiga, membuat peserta didik mudah untuk mengingat dan memahami informasi dari bahan yang dibaca; keempat, menghibur dan meningkatkan daya imajinasi peserta didik dari isi buku yang dibaca; kelima, saat pendidik perlu menjelaskan materi yang melibatkan gambar-gambar yang komplek maka buku pop up juga bisa digunakan untuk mempermudah dalam menjelaskan. Disisi lain buku pop up memiliki kelemahan, diantaranya harga buku yang mahal sehingga tidak semua sekolah mampu menjangkaunya, selain itu jika pendidik ingin membuat sendiri proses pembuatannya cukup rumit.
Berdasarkan beberapa beberapa kelebihan diatas, maka dapat dikatakan bahwa buku pop up merupakan salah satu media bantu dalam pembelajaran yang dapat mempermudah pendidik untuk dapat memotivasi peserta didik agar gemar membaca. Oleh karena itu seorang pendidik diharapkan dapat membuat buku pop up meskipun bentuknya sederhana.
Ninik Wahyuni, M.Pd,
Guru SD N 4 Sragen