JATENGPOS.CO.ID, – Pembelajaran IPA mencakup semua materi terkait dengan objek alam yang mengajak peserta didik berpikir kritis membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah. Observasi awal yang dilakukan Penulis, diketahui peserta didik mengalami kesulitan dalam mencapai target ketuntasan minimal sebesar 70, dan peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran.
Penulis ingin memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan modelpembelajaran yang mengandung pendekatan keterampilan proses peserta didik. Melalui keterampilan proses, peserta didik akan melakukan kegiatan seperti mengamati, memprediksi, menginterpretasi dan mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ada. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat dalam mendukung keterampilan proses adalah model pemecahan masalah (problem solving).
Tahapan pembelajaran dengan pendekatan Problem solving adalah :
1) Merumuskan masalah, 2) Menganalisis masalah, 3) Merumuskan hipotesis, 4) Mengumpulkan data, 5) Pengujian hipotesis, 6) Merekomendasi pemecahan masalah.
(Sanjaya : 2006).Problem Solving dalam Pengajaran Kelas ada sejumlah alasan kuat mengapa problem solving perlu ditekankan sebagai aspek penting dan sangat berarti dalam menciptakan pengajaran IPA yang efektif. Alasan pertama adalah harapan untuk membuat IPA lebih dapat diterapkan (more applicable) dalam kehidupan murid diluar pengajaran kelas atau dalam situasi baru yang belum familiar (Penglley, 1989, h. 10). Alasan yang kedua adalah problem solving memberikan kesempatan (opportunities) dan dapat mendorong siswa berdiskusi dengan siswa yang lainnya, yaitu pada proses menemukan jawab dari permasalahan (Gervasoni, 1998, h. 23). Alasan lebih lanjut mengapa pendekatan problem solving sangat berharga (valuable) adalah karena problem solving dapat mendorong murid untuk menyusun teorinya sendiri (their own theories), mengujinya, menguji teori temannya, membuangnya jika teori tersebut tidak konsisten dan mencoba yang lainya (NCTM 1989: Dikutip di Taplin, 2001).
Penulis melakukan observasi pada peserta didik di salah satu kelas VII SMP Muhammadiyah 11 Kedawung. Data yang akan diambil meliputi: data keaktifan siswa, data hasil belajar, data kinerja guru selama proses pembelajaran.Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Persentase keaktifan peserta didik meningkat berturut-turut: 66,6 % menjadi 77,8 % . Hasil belajar peserta didik sebelumnya rata-rata 67,9 meningkat menjadi 70,2 dan yang terakhir mencapai 73,0. Sedangkan persentase ketuntasan klasikal sebelumnya mencapai 66,7 %, menjadi 74,10 %, dan yang terakhir mencapai 85,2 %. Kinerja guru selama pembelajaran sudah mencapai kriteria baik,dan peserta didik memberikan respon positif terhadap pembelajaran.
Kesimpulan dari diskusi dan observasi tersebut di atas, dapat dirangkum bahwa problem solving memiliki sejumlah keuntungan (benefits). Strategi problem solving tidak hanya mampu mengubah gaya belajar anak dari sebagai pelajar yang pasif menjadi pelajar yang aktif dalam mengkonstruksi konsep mereka, tetapi juga, membuat pembelajaran IPA lebih berarti (more meaningful), masuk akal (make sense), menantang dan menyenangkan (challenge and fun), cocok buat siswa (relevant for students), dan memberikan cara berfikir yang fleksibel (thinking flexibility).
Triana Melisana, S.Pd.
Guru SMP Muhammadiya 11 Kedawung, Sragen