JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Program Studi (Prodi) DIII Perjalanan Wisata (UPW) Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS) melakukan pendampingan pengembangan Kelurahan Baluwarti sebagai kampung wisata. Diharapkan ke depannya, kampung yang berada di dalam tembok Keraton Kasunanan Surakarta tersebut bisa menjadi destinasi wisata baru di Kota Solo.
Ketua Prodi D3 UPW UNS, Dr Deria Adi Wijaya mengatakan, selain sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, pendampingan pengembangan Kampung Wisata Baluwarti juga dilakukan karena kawasan tersebut dinilai memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi tujuan wisata baru. Khususnya wisata edukasi budaya.
“Kenapa memilih Baluwarti, karena selain memiliki ikatan erat dengan Keraton Surakarta sebagai pusat budaya Jawa. Wwisatawan tidak hanya bisa menikmati wisata, namun juga mendapatkan pengetahuan tentang budaya Jawa, khususnya masyarakat Solo tempo dulu, khususnya yang berkaitan dengan tradisi,” jelasnya saat ditemui disela-sela kegiatan Sosialisasi dan Penyuluhan “Sadar Wisata Pengembangan Kampung Wisata Baluwarti Sebagai Kampung Wisata Menuju Pariwisata Budaya di Kota Solo” di Ndalem Praja Pangarsan, Rabu (12/8).
Ia menambahkan, hal tersebut diwujudkan dengan paket-paket wisata kultur budaya yang bisa ditawarkan kepada wisatawan. Bahkan tidak menutup kemungkinan bersinergi dengan keraton untuk membuat paket wisata yang utuh. “Untuk wisata kultur budaya yang saat ini ditawarkan diantaranya memasak makanan khas keraton, membatik, membuat topeng, menari dan kegiatan masyarakat Jawa pada umumnya,” urainya.
Ditambahkan Ketua Pelaksana Program, Amad Saeroji. Selain sosialisasi dan penyuluhan juga akan ditindaklanjuti dengan pembuatan website Kampung Wisata Baluwarti sebagai media promosi. “Goalnya adalah untuk membangun citra Kampung Baluwarti sebagai destinasi kampung budaya wisata Kota Solo,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Kampung Wisata Baluwarti, Darmadi berharap dengan adanya pendampingan dari UNS bisa lebih membuat Baluwarti lebih berkembang.
“Di kampung ini banyak sekali peninggalan dari eyang-eyang berupa ilmu Jawa yang bisa dibedah menjadi wisata ala kampung. Kami siap bergandengan tangan dengan siapapun, ayo kita nguri-uri sambil cari rejeki. Seperti filosofi ayo obah mengko mamah,” ujarnya. (jay/bis)