JATENGPOS.CO.ID, – Keterampilan Abad 21 yang ingin dituju dengan kurikulum 2013 adalah creative, critical thingking, collaborative, communication (4C). Pembelajaran IPA yang didesain hendaknya tidak sekadar transfer materi. Keterampilan 4C solusi cerdas menjawab tantangan zaman yang berkembang sangat cepat dan dinamis. Peningkatan keterampilan ini sebuah keharusan. Keterampilan 4C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar penguasaan hardskill. Bukan impian yang indah bila keberadaannya tidak kita pikirkan dari sekarang.
Implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang hari sekolah juga harus disikapi dengan bijak dan cerdas oleh guru. Ini sebuah tantangan, guru IPA tidak hanya tukang “ngajar”, tapi seorang desainer pembelajaran yang pofresional, tampil kekinian dengan beragam model pembelajaran, “ngeHOTS” dengan variasi soal berkualitas tipeHigher Order Thingking Skills (HOTS), mengeksplore aktivitas sains di laboratorium, merencanakan pembelajaran sampai evaluasi nir kertas atau berbantu e-learning dan android based test, merancang ice breaking, sekaligus games edukasi baik untuk remedial maupun pengayaan. Guru IPA yang demikian guru IPA zaman now, keren kan?
Mendesain pembelajaran IPA yang menyenangkan, bermakna dan tuntas di lima hari sekolah menuntut kreativitas guru memilih pendekatan, model, metode dan media yang bervariasi.Dalam pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup kelas VII di SMPN 6 Semarang, pemilihan puzzle sebagai salah satu media pembelajaran mengenali ciri-ciri makhluk hidup dan klasifikasi makhluk hidup yang ditugaskan dalam smart team memberikan hasil lebih bermakna dengan ditandai daya serap materi dan ketercapaian nilai lebih maksimal.
Sisi edukasi permainan puzzle dalam pembelajaran IPA berfungsi untuk melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran, melatih koordinasi mata dan tangan, melatih logika, memperkuat daya ingat, mengenalkan peserta didik pada konsep hubungan, serta dengan memilih gambar/bentuk dapat melatih berfikir matematis (menggunakan otak kiri). Pembelajaran IPA tidak lagi membosankan ketika disajikan dengan permainan puzzle, tidak selalu eksperimen di laboratorium, demonstrasi atau diskusi tanya jawab. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan (1986:234) bahwa pada umumnya para siswa menyukai permainan. Senada dengan pendapat Adenan (1989 : 9) yang menyatakan bahwa puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat.
Nurjatmika juga (2012: 65) juga menyatakan dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak juga terbiasa bersikap tenang, tekun dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat bisa menyelesaikan puzzle pun merupakan salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal baru bagi peserta didik.
Indikator meningkatnya keterampilan 4C dengan menggunakan puzzle dalam smart team pada pembelajaran IPA, creative ditandai dengan kemampuan siswa mengembangkan dan melaksanakan gagasan baru, bersikap terbuka dan resposif terhadap perspektif yang baru/ berbeda.Critical thingkingterlihat saat siswa memberikan penalaran masuk akal, memahami dan membuat pilihan yang rumit, menganalisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri.Collaborativedan Communication, siswa bekerjasama secara produktif, menyajikan hasil pemikirannya secara lisan, tulisan dan mutimedia di depan kelas. Jadi, belajar IPA dengan puzzle, mengapa tidak?
YUSTINA KUSUMAWATI, S.Pd.,M.Pd
GURU IPA SMP N 6 SEMARANG