Pelajaran IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan pelajaran yang kesannya sulit menurut siswa. Anggapan ini sering menjadi masalah pada saat pembelajaran, karena kurang minatnya siswa mempelajari IPA. Kurang minatnya siswa dalam mempelajari IPA sangat berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Pembelajaran IPA yang selama ini dilakukan juga belum sesuai dengan harapan. Pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung monoton dan belum berpusat pada siswa karena didominasi oleh guru. Hal ini juga yang terjadi di SMP Negeri 3 Temanggung , sehingga minat siswa dalam mempelajari IPA berkurang. Berdasarkan temuan tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan minat belajar siswa. Guru sebagai pengelola kelas harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa menjadi berminat mengikuti pelajaran. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan memanfaatkan media pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2005:37) proses belajar mengajar akan berlangsung lebih efektif apabila guru menggunakan media, misalnya dengan menggunkan media sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu media yang dilakukan untuk memahami materi IPA yaitu dengan permainan “rangking satu”.
Permaianan “rangking satu” merupakan permainan yang diadopsi dari permaina yang dilakukan pada kegiatan pramuka. Permainan “rangking satu” diawali dengan penugasan literasi yang disampaikan pada akhir pembelajaran sebelumnya. Pada saat pembelajaran dimulai, kegiatan diawali dengan pembagian kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa, kemudian masing-masing berbaris membanjar. Permainan dimulai dari peserta kelompok yang paling depan. Anggota kelompok yang paling depan memegang papan. Tangan kanan memegang papan yang bertuliskan centang sedangkan tangan sebelah kiri memegang papan yang bertuliskan silang. Kemudian guru memberikan pertanyaan, guru memberikan waktu setengah menit untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjawab pertanyaan. Setelah diberi aba –aba tiga kali maka peserta paling depan secara serentak menjawab pertanyaan dengan mengangkat papan. Jika peserta ingin menjawab benar maka papan centang di sebelah kanan diangkat ke atas, tapi jika peserta ingin menjawab salah maka papan silang sebelah kiri diangkat atas. Setelah mengangkat papan siswa memberi alasan tentang jawaban dari setiap pertanyaan. Jika jawaban benar kelompok masih bisa melanjutkan permainan, namun jika jawaban salah, maka peserta kelompok dinyatakan gugur dan kalah. Setelah permaian selesai, guru memberi penegasan pada materi yang sedang dibahas. Kemudian siswa bersama guru menyimpulkan pembahaan materi di akhir pembelajaran.
Pembelajaran dengan permainan “rangking satu” menunjukkan peningkatan keaktifan dan minat memahami materi IPA. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang antusias dalam proses pembelajaran dan bersemangat dalam diskusi kelompok. Dengan pembelajaran melelui permainan “rangking satu” ini siswa merasa enjoy atau tidak tertekan dalam melakukannya. Siswa merasa senang dan bahkan mereka terkadang tidak sadar kalau sebenarnya mereka sedang belajar. Siswa yang merasa senang menunjukkan adanya minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran seperti yang disampaikan Maslichah Asy’ari (2006: 29) bahwa pembelajaran IPA yang menyenangkan dapat menjadikan siswa tidak jenuh dan berminat untuk belajar. Hal yang sama disampaikan Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono (2008: 51), jika dalam hati ada perasaan senang, maka biasanya akan menimbulkan minat. Bila diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang dengan lebih baik. Penggunaan permainan “rangking satu” akan mengubah pembelajaran yang monoton menjadi aktif dan menyenangkan karena pembelajaran terpusat kepada siswa, bukan guru.
Wahdatun Rohmawati, S.Pd
Guru IPA SMP Negeri 3 Temanggung