JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Terkait penyataan Relawan Garuda, pendukung bakal calon Purnomo – Teguh, tentang PDIP Solo tidak butuh Gibran, mendapat reaksi balik dari pelaku survey dan relawan pendukung Gibran. Bahkan menuding balik Relawan Garuda protes tidak ada bukti.
“Kemarin kami dapat reaksi atas pernyataan relawan Garuda, soal Gibran butuh PDIP sebagai tunggangan untuk berkuasa. Kan kenyataannya memang seperti itu. Mau dibantah apa lagi, sedangkan PDIP Solo tidak butuh Gibran, lebih butuh Purnomo – Teguh, maka keduanya diusulkan,” kata BRM Kusumo Putro, inisiator Relawan Garuda, pada awak media, Jumat (3/7/2020).
Dikui Kusumo, Gibran disatu sisi memang figur muda milenial yang potensinya sangat diperlukan bagi kemajuan organisasi partai PDIP.
Secara organisasi, PDIP butuh Gibran untuk membangun visi kemajuan organisasi kepartaian sesuai dengan jamannya, yang disebut era digital. Bukan dalam konteks sebagai calon walikota Solo.
Tapi harus diingat, di semua organisasi apapun, untuk menduduki puncak karir dalam meraih keinginan semestinya harus dimulai dengan sebuah proses.
“Tapi tidak bisa hanya mengandalkan popularitas semata, karena kebetulan anak seorang Presiden. Harusnya diukur dari elektabilitas untuk menjadi seorang pemimpin, apalagi pejabat yang akan menjadi tumpuan hidup hajat banyak orang, tidak bisa hanya mengandalkan pencitraan instan dengan mengandalkan survey dan polesan media.” Tandas Kusumo.
Tidak bisa dipungkiri, capaian hasil kerja PDIP Solo sukses mendapat kepercayaan masyarakat dengan mendudukan kadernya sebanyak 30 orang di kursi di DPRD. Ini menjadi magnet bagi siapapun yang punya ambisi memanfaatkannya sebagai kendaraan pribadi menuju tampuk kekuasaan sebagai walikota.
Terpilihnya Purnomo – Teguh sebagai pasangan bakal calon tentu sudah melalui proses, diskusi, dan pemikiran yang panjang. Tanpa bermaksud mencampuri urusan internal organisasi, partai sekelas PDIP tidak mungkin akan gegabah menjatuhkan pilihan kepada sembarang kader.
“Jadi, sangat beralasan jika kami dalam mengomentari hasil survey yang diunggah oleh salah satu lembaga itu, bahwa yang disampaikan ke publik sangat kental nuansa kepentingannya, untuk membranding satu gelintir orang saja, dan terlihat ingin mendikte partai agar menjatuhkan rekomendasi sesuai yang mereka harapkan.” Imbuhnya.
Sebagai pembanding untuk membuktikan bahwa survey itu syarat muatan kepentingan tertentu, dengan Poling yang dirilis sebuah media online ternama Kota Solo terverifikasi dewan pers, para pembaca di media itu sekira 85 % menilai Purnomo layak jadi walikota, sedangkan Gibran hanya menduduki nomor dua dengan dipilih sekira 13 % pembaca. (dea/bis)