JATENGPOS.CO.ID, Bahasa merupakan alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Ketika seseorang berbicara, selain memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan kesopansantunan dalam berbicara yaitu denganmemperhatikan siapa yang diajak bicara dan apa yang dibicarakan. Berbicara kepada orang tua berbeda dengan berbicara pada anak kecil atau yang seumur. Dalam bahasa Jawa, hal itu disebut unggah-ungguhing basa.Unggah-ungguhing basa pada dasarnya di bagi menjadi tiga, yaitu: a) Basa Ngoko, b) Basa Madya c) Basa Krama (Anton Suhono dalam Aryo Bimo, 2010: 1).
Pembelajaran Bahasa Jawa melalui pendidikan formal di sekolah merupakan sarana pelestarian bahasa Jawa, khususnya dalam berbicara (berdialog) bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Keberhasilan pembelajaran ini akan menentukan eksistensi bahasa Jawa di masa depan. Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah memuat kurikulum muatan lokal yaitu bahasa Jawa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menguasai bahasa Jawa dengan baik termasuk di dalamnya adalah berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguhing basa.
Keterampilan berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh masih mengalami kesulitan. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang digunakan oleh siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain, guru, kepala sekolah, serta warga sekolah yang lainmasihbelumsesuaidenganunggah-ungguh. Kegiatan berkomunikasi di dalam maupun luar jam sekolah juga mereka lakukan tanpa menggunakan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguhing basa. Setiap ditanya dengan bahasa Jawa, banyak siswa menjawab dengan bahasa Jawa yang belum sesuai dengan unggah-ungguh. Sebagian besar siswa mengakui bahwa berbicara dengan menggunakan unggah-ungguh sangat sulit.
Tindakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru yang diambil atau ditekankan pada metode pembelajaran yaitu menggunakan metode role playing.
Metode role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Denganmenerapkanmetodeinidiharapkandapatmenungkatkan kualitas pembelajaran berbicara bahasa Jawa, dimana siswa lebih optimal, terampil dalam berbicara (berdialog) bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Selain itu, dapat menumbuhkan rasa senang dan membentuk kebiasaan siswa berbicara (berdialog) bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh dari kecil. Terampil berbicara bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Metode role playing (bermain peran) sering juga disebut metode sosiodrama., Dapat diberi batasan menjadi suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasi sikap, tingkah laku, atau penghayatan seseorang.Seperti apa yang di lakukannya dalam hubungan sosial sehari – hari dalam masyarakat.Dengan cara belajar mengajar semacam ini para siswa diberi kesempatan untuk menggambarkan, mengungkapkan, mengekspresikan suatu sikap tingkah laku atauapa yang diinginkan sesuaitokoh yang diperankannya. Siswadalammengekspresikanperan harus di laksanakan sewajar-wajarnya jangan berlebihan. Semua sikap dan tingkah laku diungkapkannya secara spontan.
Teladan guru dan orang tuadalamberkomunikasi yang baikakansangatmembantusiswadalammenerapkanunggah-ungguhbasadalamkehidupansehari-hari.Denganunggah-ungguh yang baikakantertanam pula karaktersantunpadaanak.
TUTI DWI WIDAYATI,S.Pd.
SD NEGERI GEBANG, GEBANG,PURWOREJO