Tak sedikit peserta didik menganggap mata pelajaran Sosiologi merupakan mata pelajaran yang sangat mudah untuk dipelajari dan mudah untuk memperoleh nilai yang tinggi. Namun pada kenyataannya tak sedikit peserta didik yang rendah hasil belajarnya. Hal ini tak terlepas dari anggapan mudah oleh sebagian siswa sehingga mereka kurang begitu serius untuk memahami materinya. Sosiologi merupakan mata pelajaran peminatan di jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Materi yang begitu banyak, berisi bacaan dan hafalan sehingga menimbulkan ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran tersebut.
Melihat kondisi seperti ini penulis sebagai guru mata pelajaran Sosiologi mencoba mencari cara bagaimana supaya siswa lebih memiliki minat untuk belajar dan memahami materi dalam mata pelajaran sosiologi. Karena dalam proses pembelajaran jika tidak ada rasa ketertarikan terhadap pelajaran akan berdampak pada hasil belajar. Hasil belajar yang baik tentunya akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Guru harus memiliki strategi tertentu agar pembelajaran yang sedang berlangsung tidak terkesan monoton dan membosankan. Apalagi sekarang pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah pendekatan yang berbasis saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik berperan aktif dalam memahami materi pelajaran melalui beberapa tahapan seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, dan menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep ( Daryanto, 2014 : 51).
Sosiologi menjadi salah satu mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang sering kali peserta didik hanya mampu menghafal materi yang disampaikan oleh guru tanpa memahaminya secara mendalam. Banyak peserta didik yang tidak paham bahkan tidak tahu materi yang disampaikan oleh guru karena mereka hanya sebatas mendengarkan, tidak turut serta aktif mengambil bagian dalam proses pembelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan suatu metode atau strategi mengajar yang sesuai dengan kurikulum serta sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satu metode yang cukup efektif ialah metode pembelajaran role playing atau bermain peran. Metode role playing adalah salah satu cara penguasaan materi pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Role playing bisa disebut juga sosiodrama (Tangdilintin : 2008). Sehingga dalam pembelajaran menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk berpura-pura menjadi seseorang sesuai dengan peran yang akan dimainkan (Perdana : 2010).
Metode ini dapat menjadi sarana guna meningkatkan minat belajar peserta didik, karena dengan melibatkan peserta didik secara langsung. Peserta didik akan merasa memiliki peran masing-masing dan turut merasakan memainkan sebuah peran yang cukup berbeda dari dirinya sehingga akan memicu rasa keingintahuan yang cukup tinggi.
Peserta didik bermain peran sebagai seorang yang sedang mengalami konflik, proses terjadinya konflik, kemudian mencari resolusi atas konflik yang sedang terjadi dan jenis konflik yang mereka perankan. Namun sebelum mereka memainkan peran tersebut, tentunya mereka harus membuat skenario yang mengharuskan mereka memahami materi atau peran yang akan mereka mainkan. Meskipun mereka belajar secara mandiri, guru tetap memberikan pengarahan agar pemahaman mereka tidak keliru.
Metode role playing dapat dijadikan variasi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan indikator yang diharapkan, serta menjadi metode yang dapat menjadi alternatif bagi guru mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang mengharuskan menggunakan kurikulum 2013 dimana peserta menjadi pusat pembelajaran.Sehingga kurikulum yang berlaku bukan hanya formalitas saja melainkan dapat benar-benar diimplementasikan.
Imanawati, S.Pd.
Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Klego