“Role Playing” Tumbuhkan Minat Belajar PPKn

Dewi Suchruliawati, S.Pd. Guru SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, Temanggung

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan mata pelajaran yang mengfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya PPKn sering dianggap sebagai pelajaran yang tidak penting, membosankan dan membuat peserta didik mengantuk. Hal ini karena pelajaran PPKn banyak mempelajari konsep-konsep dan menghafal materi, sehingga peserta didik kurang memperhatikan ketika kegiatan pembelajaran di kelas. Ini menandakan bahwa minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Menurut Susanto (2013:16) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Prasetyo (2012 : 3) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Hal itu terjadi di SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, Temanggung dan perlu ditingkatkan lagi.

Baca juga:  Voice Note Mudahkan Hafalan Q.S. At-Tin 1-8

Proses pembelajaran di kelas akan berjalan dengan maksimal salah satunya caranya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk ikut aktif  dalam proses pembelajaran. Harapannya peserta didik dapat termotivasi dan nyaman sehingga pembelajaran lebih bermakna. Untuk membuat peserta didik aktif  guru harus mampu menumbuhkan minat belajar peserta didik. Untuk menumbuhkan kegairahan yang tinggi pada peserta didik terhadap mata pelajaran PPKn guru menggunakan metode Role Playing atau bermain peran dalam proses pembelajaran.

Bermain peran menurut Supriyati (2008:109) adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi ) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan menurut Huda (2013 : 208) Bermain Peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan. Bermain bagi peserta didik dapat digunakan sebagai salah satu sarana belajar yang menyenangkan/menggembirakan. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana ribut atau hura-hura (Meier, 2004: 92). Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial fisik, mengatasi situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Bermain peran  dalam hal ini merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan di dalam kelas dengan melibatkan peserta didik.

Baca juga:  Lancar Laporkan Peristiwa dengan Bimbingan Teman

Agar pelaksanaan pembelajaran PPKn dengan metode bermain peran tidak mengalami kekakuan, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus dipahami terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dipakai guru diawali dengan guru menyusun serta menyiapkan scenario. Kemudian menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario beberapa hari sebelum kegiatan berlangsung. Guru membuat kelompok yang beranggotakan 5 orang,keempat guru menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai. Guru juga memanggil peserta didik untuk menjalankan scenario. Setiap peserta didik berada dikelompoknya sembari melihat peragaan kelompok lain. Setelah semua melakukan peragaan setiap peserta didik diberi lembar kerja untuk melakukan penilaian atas penampilan kelompok lain. Bagian akhir dari kegiatan ini, setiap kelompok menyampaikan kesimpulan dan diakhiri dengan refleksi.


Baca juga:  Meningkatkan Hasil Belajar Belajar Ips Melalui Role Playing

Metode bermain peran membutuhkan keterlibatan sebagian atau semua siswa dalam memerankan suatu tokoh atau suatu benda. Kondisi ini menuntut peserta didik untuk tidak diam, ia akan aktif dan dinamis. Hal ini mengindikasikan bahwa keterlibatan siswa sangat terasa. Keterlibatan seperti ini tentunya tidak mungkin dirasakan secara baik oleh peserta didik jika mereka tidak memiliki minat belajar. Dengan demikian dapat dikatakan metode bermain peran mampu menumbuhkan minat belajar peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran PPKn.

Oleh :

Dewi Suchruliawati, S.Pd.

Guru SMP Muhammadiyah 5 Kandangan, Temanggung