Siswa sekolah dasar (SD) yang berumur 7-12 tahun pada dasarnya perkembangan pengetahuannya termasuk dalam tahap operasional konkret karena berpikir logikanya didasarkan atas manipulasi fisik dari obyek-obyek. Dalam pembelajaran Matematika menggunakan alat peraga diperlukan sesuai dengan tahap berpikir anak. Dalam proses pembelajaran di SD Negeri Ngijon 2 Kabupaten Sleman pada siswa kelas I mata pelajaran Matematika materi puluhan dan satuan dalam proses pembelajaran lebih sering menggunakan buku paket, pembelajaran Matematika masih kurang dalam pengembangan penggunaan alat peraga. Pembelajaran tersebut belum menumbuhkan keaktifan, pembelajaran belum bermakna dan kurangnya pemahaman proses belajar siswa sehingga mempengaruhi hasil pembelajaran Matematika yang masih rendah dari 12 anak masih ada 7 anak yang mendapat nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Menurut Piaget (dalam Hudoyo, 1998) taraf berpikir siswa seusia SD adalah masih konkret operasioanl, artinya untuk memahami suatu konsep anak masih harus diberikan kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata yang dapat diterima akal mereka. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi puluhan dan satuan, guru perlu membuat alat peraga pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa.
Menurut Estiningsih (1994) bahwa alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Alat peraga berfungsi menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang konsep. Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan guru terampil dalam menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
Pada pembelajaran Matematika materi satuan puluhan guru menggunakan alat peraga Rumah Hantu (Rumah Puluhan dan Satuan). Alat peraga ini dibuat dengan styrofoam berukuran 60×40 cm yang ditempeli gambar pintu untuk puluhan dan gambar jendela untuk satuan. Sedotan warna hijau untuk puluhan dan sedotan warna pink untuk satuan. Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga rumah hantu menuliskan angka dalam alat peraga Rumah Hantu, menunjukkan bilangan yang menempati nilai satuan dengan mengambil sedotan warna pink dimasukkan dalam jendela satuan kemudian menunjukkan bilangan puluhan dengan mengambil sedotan warna hijau dimasukkan dalam pintu puluhan. Sehingga siswa memahami nilai tempat puluhan dan satuan dengan menghitung jumlah sedotan dalam masing-masing pintu puluhan dan jendela satuan.
Siswa secara bersama – sama menggunakan alat peraga Rumah Hantu. Secara bergantian anak menyelesaikan soal dengan menggunakan alat peraga. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok dan diberikan soal untuk dikerjakan bersama kelompoknya dengan menggunakan alat peraga Rumah Hantu. Didalam kelompok anak saling membantu dan bekerjasama apabila ada teman yang kesulitan.
Pembelajaran Matematika materi satuan dan puluhan dengan menggunakan alat peraga Rumah Hantu meningkatkan keaktifan dan minat siswa, mempermudah pemahaman konsep, pembelajaran menjadi menyenangkan, pembelajaran menjadi lebih bermakna, meningkatkan keterampilan dalam penggunaan alat peraga dan melatih kemandirian. Sesuai dengan pendapat Faizal (2010): Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan untuk membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi pembelajaran.
Setelah menggunakan alat peraga Rumah Hantu pada mata pelajaran Matematika materi puluhan dan satuan kelas 1 SD Negeri Ngijon 2 pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terbukti nilai yang diperoleh siswa diatas nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Oleh Nuraemi, S.Pd.SD
SD Negeri Ngijon 2, Moyudan, Kabupaten Sleman