Belajar Bahasa Jawa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswanya, baik lisan maupun tulis. Terlebih di masa Pandemi ini, saat pembelajaran dilakukan dengan media zoom maka komunikasi menjadi sangat vital dalam pembelajaran. Hal ini relevan dengan kurikulum bahasa bahwa kompetensi pembelajaran bahasa diarahkan ke dalam empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Pada saat pembelajaran Bahasa Jawa di kelas VI SD Ngaliyan 03 Kota Semarang khususnya materi parikan banyak dijumpai siswa yang kurang maksimal dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa cenderung pasif menunggu giliran. Komunikasi dua arah tidak berjalan, sehingga tujuan pembelajaran juga sulit dicapai. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi penulis yang juga sebagai guru kelas VI SD Ngaliyan 03 Kota Semarang untuk membuat siswa menjadi aktif menyampaikan pendapat, spontan berani berbicara dan tidak takut salah.
Situasi di atas menuntut penulis untuk memilih strategi belajar yang tepat dalam pembelajaran parikan. Solusi yang penulis gunakan adalah Sate. Sate atau akronim sambung teman adalah strategi pembelajaran yang dirancang penulis untuk mengalihkan pembelajaran yang semula berorientasi pada guru atau teacher centered approach menjadi berorientasi pada siswa atau student centered approach. Ini dimaksudkan agar siswa menjadi aktif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Selain strategi, penulis juga mencoba beberapa taktik pembelajaran agar siswa lebih cepat memahami dan menguasai parikan.
Menurut Abdul Majid (2014) taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Dengan penerapan strategi dan taktik pembelajaran yang tepat diharapkan pembelajaran parikan menjadi lebih aktif dan dinamis. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran yang penulis lakukan adalah sebagai berikut; kesatu, guru menjelaskan kriteria parikan yakni memiliki aturan jumlah baris dalam setiap bait atau guru gatra, aturan jumlah suku kata dalam setiap baris atau guru wilangan, gatra purwaka pembukaan dan inti parikan, aturan rima akhir atau guru lagu, dan tentang cara pelaksanaan berbalas parikan, kedua, siswa diminta menyiapkan parikan sesuai dengan kriteria yang sudah dijelaskan oleh guru, ketiga, siswa memasukkan satu nama teman pada parikan yang dibuat, keempat, guru memulai mengucapkan parikan dengan memasukkan satu nama siswa pada baris parikannya, kelima, siswa yang disebut namanya pada baris parikan, giliran mengucapkan parikannya dengan memasukkan nama teman di baris parikannya, keenam, siswa yang disebut namanya mengucapkan parikanya, ketujuh, terus dilakukan sampai semua siswa pernah disebut namanya, kedelapan, penyebutan nama acak sehingga memungkinkan satu siswa disebut lebih dari satu kali.
Dengan menerapkan strategi sate dalam pembelajaran parikan, dapat memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan belajar siswa. Suasana belajar juga lebih menyenangkan dan siswa tidak merasa takut salah lagi. Sehingga dengan strategi ini hasil belajar bahasa Jawa meningkat. Selamat berkarya!!
Oleh :
Dwi Priyani, S.Pd.SD
Guru Kelas SD Ngaliyan 03 Kota Semarang