Sekolah Inklusif Solusi Alternatif Bagi ABK

Andhi Kurniatama, S.Pd Guru SDN Kamal 01, Bulu, Sukoharjo
Andhi Kurniatama, S.Pd Guru SDN Kamal 01, Bulu, Sukoharjo

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) diartikan sebagai anak yang memiliki kekhususan dibandingkan anak normal. ABK memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan kekhususannya tersebut.Pada buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/ Inklusi (2010:5-34) untuk keperluan pendidikan inklusif, ABK dapatdikategorikan menjadi 9 (sembilan)kelompokyaitu :Tunanetra (Anak yang mengalami gangguan penglihatan); Tunarungu(Anak yang mengalami gangguan pendengaran); Tunadaksa (Anak yang mengalami gangguan gerakan atau kelainan anggota tubuh); Tunagrahita (Anak yang mengalami keterbelakangan intelektual); Anak Lamban Belajar;Anak Berkesulitan Belajar; Anak Berbakat (Anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa);Tunalaras (Anak yang mengalami kelainan tingkah laku dan sosial); danAnak dengan gangguan komunikasi.

Anak-anak tersebut walaupun mengalami kelainan harus tetap mengenyam pendidikan. Keberadaan SLB yangterbatas mengharuskan adanya terobosan dalam hal penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan pendidikan yang bisa menampung semuanyamelalui pendidikan inklusif.

Baca juga:  Aplikasi Android Sebagai Media Pembelajaran Inovatif

Pendidikan inklusif adalah pelayanan pendidikan kepada semua anak di sekolah terdekat mereka tanpa memandang perbedaan yang ada pada diri anak, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, dan atau intelektual.

Pendidikan inklusif yang diselenggarakan sesuai pedoman penyelenggaraan akan memiliki banyak keunggulan. Keunggulan-keunggulan tersebut, antara lain: 1) Merubah cara pandang negatif terhadap ABK; 2) Memfasilitasi semua anak untuk bersekolah; 3) Mengoptimalkan bakat, minat, potensi, komunikasi, dan sosialisasi ABK dengan lingkungan sekitarnya; dan 4) Memaksimalkan peran serta masyarakat dalam penyelengaraannya.


Penempatan ABK di sekolah inklusif sesuai dengan pendapat Vaughn, Bos & Schumn (2000), dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut: 1) Kelas reguler. Di kelas ini, ABK belajar bersama anak lain (normal) sepanjang hari dengan kurikulum yang sama; 2) Kelas reguler dengan cluster. Di kelas ini, ABK belajar bersama anak lain (normal) dalam kelompok khusus; 3) Kelas reguler dengan pull out. Di kelas ini, ABK belajar bersama anak lain (normal) namun sewaktu-waktu ditarik keluar untuk belajar dengan pembimbing khusus; 4) Kelas reguler dengan cluster dan pull out. Di kelas ini, ABK belajar bersama anak lain (normal) dalam kelompok khusus namun sewaktu-waktu ditarik keluar untuk belajar dengan pembimbing khusus; 5) Kelas khusus dengan pengintegrasian. Di kelas ini, ABK belajar pada kelas khusus, dan sewaktu-waktu bisa juga belajar bersama anak normal dalam satu ruangan; 6) Kelas khusus penuh. Di kelas ini, ABK belajar di kelas khusus pada sekolah reguler.

Baca juga:  SAVI Tingkatkan Belajar Matematika

Penerapan model tersebut ditentukan sendiri dan disesuikan dengan keadaan masing-masing sekolah, sehingga akan berjalan secara optimal.Persiapandanperencanaan mutlak dilakukan untuk mengoptimalkan penyelenggaraan pendidikan inklusif. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu direncanakan, yaitu: proses identifikasi dan assesmen, kesiapan lembaga pendidikan, dan sosialisasi kepada masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolahumumdapatmenjadi alternatif pemerataan pendidikan nasional. Pendidikan inklusif memilikiperanan pennting agar pelaksanaan pendidikan dapat dinikmati semua pihak tanpa membeda-bedakan dan tanpa adadiskriminasi. Masyarakat bisa mengakses dengan mudah layanan pendidikan di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.

Andhi Kurniatama, S.Pd
Guru SDN Kamal 01, Bulu, Sukoharjo