spot_img
27.7 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Cuaca Ekstrem Diprediksi hingga 1 Februari, BNPB Modifikasi Cuaca Wilayah Jateng

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan modifikasi cuaca di wilayah Jawa Tengah (Jateng) selama tiga hari. Modifikasi cuaca dilakukan untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi yang tinggi di Jateng.

Kepala BPBD Provinsi Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan, mengaku telah meminta BNPB melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC). Operasi dilaksanakan selama tiga hari di laut utara, sejak Rabu (29/1/2025) hingga Jumat (31/1/2025) dengan menggunakan pesawat Cessna.

“Sudah mulai dari Rabu (29/1) kemarin, rencana tiga hari berakhir Jumat (31/1). Operasi ini dilakukan di laut Jawa, tidak ada kendala,” jelas Bergas, Kamis (30/1).

Dia menyebut terjadi pertumbuhan awan hujan yang luar biasa di Jateng. Modifikasi cuaca dilakukan agar hujan turun di atas Laut Jawa sehingga meminimalisir risiko banjir.

“Kemarin ada dua penerbangan OMC, tumbuhnya awan luar biasa, memang ada sampai Kudus, minimal kami bisa mengerem, ada dampak di Kota Semarang tidak banjir,” imbuhnya.

Dia menyebut cuaca ekstrem yang terjadi sejak Rabu berdampak terhadap 9 daerah di Jateng. Bahkan dilaporkan ada satu warga yang tewas akibat dampak cuaca ekstrem ini.

Cuaca ekstrem terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah (Jateng). Akibatnya, terjadi bencana mulai dari angin kencang, banjir, hingga tanah longsor.

Bergas mengatakan cuaca esktrem sejak Rabu (29/1) kemarin telah membuat kejadian bencana melanda beberapa daerah.

“Ada cuaca ekstrem di Kota Semarang, Kendal, Demak, Kudus, Grobogan, Kabupaten Semarang. Tanah longsor di Kabupaten Pekalongan, Banjarnegara, Kudus, Jepara. Banjir di Kudus, Grobogan, Jepara,” kata Bergas.

Berdasarkan laporan BPBD sejak Rabu pukul 19.00 WIB hingga Kamis terdapat 21 kejadian dan 1 bencana yang tersebar di 9 kabupaten/kota.

“Satu korban meninggal dunia akibat cuaca ekstrem di Kabupaten Kendal, 1 orang luka di Demak, 2 orang luka dan 1 meninggal di Jepara, 2 orang luka di Kudus,” paparnya.

Akibat bencana tersebut, lanjut Bergas, terdapat 3 orang pendaki di Gunung Muria yang sempat terkena longsor hingga mengakibatkan satu korban ditemukan meninggal. “Yang parah itu pendaki di Jepara. Sifatnya bukan bencana. Lagi naik gunung, karena hujan lebat,” pungkas dia.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng per 27 Januari 2025, telah terjadi 39 kali kejadian bencana, dengan rincian 29 banjir, 7 tanah longsor, dan 3 cuaca ekstrem. Dari peristiwa tersebut, korban meninggal dunia sebanyak 25 orang di Kabupaten Pekalongan, dan masing-masing 1 orang di Kabupaten Brebes dan Kendal.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, pada dasarian III Januari sampai dasarian II Februari 2025, curah hujan menengah-tinggi diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Jateng. Bahkan, wilayah Pekalongan dan Batang bagian selatan, diprediksi curah hujan sangat tinggi.

Berdasarkan prediksi hujan harian, diperkirakan mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan (ekstrem) dalam beberapa hari ke depan, yakni sejak 27 Januari hingga 1 Februari 2025. Intensitas curah hujan perlu diwaspadai hingga Februari.

Dwikorita mengimbau kepada masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan, untuk mewaspadai tanda-tanda bencana. Misalnya, tanda-tanda tanah longsor, seperti munculnya rembesan air atau aliran air dari lereng, pohon atau tegakan pada lereng tiba-tiba miring, munculnya retakan atau amblesan tanah pada lereng, lereng tampak menggembung, dan jendela/pintu rumah yang berada di daerah lereng tiba-tiba sulit dibuka, dan sebagainya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, OMC di wilayah Jateng hari pertama Rabu (29/1) dilaksanakan pukul 07.58 WIB hingga 10.06 WIB, dengan penyemaian 1.000 kg garam NaCl di perairan utara Jateng.

Hari kedua Kamis (30/1) pada pukul 14.08 WIB hingga 16.05 WIB, dan hari ketiga akan dilaksanakan Jumat (31/1) antara pukul 16.32 WIB hingga 18.01 WIB.

“Jawa Tengah dikenal dengan potensi bencana hidrometeorologi yang tinggi, menjadi prioritas dalam OMC. Berdasarkan analisis cuaca yang cermat, Monsun Asia masih aktif dan Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di Kuadran 4, yang mendukung pembentukan awan hujan yang sangat besar. Ditambah dengan perlambatan angin yang memperburuk ketidakstabilan atmosfer, kondisi ini meningkatkan potensi hujan lebat di wilayah tersebut,” paparnya. (dbs/muz)

spot_img

TERKINI