Setahun Tak Dirawat, Abdi Dalem Khawatirkan Pusaka Keraton

Ilustrasi

JATENGPOS.CO.ID. SOLO– Sejumlah abdi dalem Keraton Surakarta mengkhawatirkan nasib pusaka dan barang-barang peninggalan yang ada di dalam keraton. Pasalnya, semenjak 15 April lalu hingga saat ini akses keraton ditutup bagi abdi dalem. Sehingga tidak ada lagi abdi dalem yang bisa melakukan perawatan maupun pembersihan kawasan Keraton, termasuk benda-benda yang ada di dalamnya.

Salah satu abdi dalem Keraton Surakarta, Saptono Jati mengatakan, setahun terakhir ini ia beserta rekan-rekannya tidak lagi melakukan tugas untuk membersihkan dan merawat benda-benda maupun pusaka yang ada di dalam keraton. Pasalnya, sejak setelah jumenengan atau peringatan naik tahta Paku Buwono XIII tahun lalu akses keraton ditutup.

“Hampir satu tahun yang lalu, akses keraton semua ditutup. Artinya tidak ada akses masuk termasuk bagi abdi dalem. Akibatnya semua kegiatan yang menyangkut adat dan budaya terhenti, karena dikunci semua. Kami pun tidak bisa melakukan perawatan barang-barang yang ada di dalamnya,” jelasnya kepada wartawan di Siti Hinggil, Kompleks Keraton Surakarta, Senin (9/4).

Baca juga:  Kokohkan Eksistensi Kampus Indonesia Mini, UKSW Luncurkan Beasiswa Diakonia

Padahal, lanjutnya, barang-barang yang ada di dalam keraton, termasuk perpustakaan semuanya merupakan benda-benda bersejarah yang semestinya dirawat agar tidak rusak.


“Seperti wayang yang ada di sana harusnya diisis setiap seminggu sekali agar tidak lengket satu dengan yang lain dan rusak kalau hanya ditumpuk saja di dalam kotak. Kemudian naskah-naskah kuno yang ada di perpustakaan juga ada aturan perawatan khusus, kalau tidak dilakukan sudah pasti akan rusak,” ungkapnya.

Padahal barang-barang tersebut tidak hanya memiliki sejarah namun juga nilai seni tinggi. Saptono mengatakan di dalam keraton terdapat 17 kotak wayang yang masing-masing berisi 300-an wayang. Belum lagi naskah kuno yang ada di perpustakaan.

Baca juga:  Rem Blong, Truk Angkut Kelapa Gasak Motor, Tiga Tewas

Meski secara pribadi pihaknya khawatir namun tidak ada yang bisa dilakukan abdi dalem. Pasalnya sampai saat ini mereka tidak lagi diizinkan untuk masuk ke dalam keraton apalagi untuk melakukan pekerjaannya sehari-hari. Padahal tujuan abdi dalem selama ini bekerja di dalam keraton semata-mata hanya untuk nguri-nguri budaya.

“Harapan kami ya itu supaya bisa kembali nguri-nguri kabudayan yang ada di dalam keraton. Lepas dari siapapun yang pegang. Kalau misal kami tidak boleh lagi kerja tapi barang-barang yang ada di dalam ada yang merawat tidak apa, tapi faktanya semenjak keraton dikunci, tidak ada yang merawat pusaka dan barang-barang peninggalan yang ada di dalam,” ujarnya.

Terkait penutupan akses keraton juga diakui salah satu Sentono Keraton Surakarta, GKR Wandansari. Ia menyebut tidak hanya kondisi keraton yang saat ini tidak terawat paska penutupan akses, namun juga pelaksanaan upacara adat yang merupakan warisan budaya Jawa yang tidak lagi dilaksanakan sesuai pakem.

Baca juga:  Keserempet Truk Pegawai Dishub Sragen Meninggal

“Saya lihat selama setahun ini banyak sekali pelanggaran adat yang dilakukan Sinuhun. Termasuk pelaksanaan upacara adat tidak lagi sesuai pakem yang ada. Kita lihat saja seperti malam 1 suro kemarin jamnya sudah berubah dari pakem, begitu juga sekaten dan kemarin Mahesa Lawung yang pelaksanaannya terlambat satu bulan. Kemudian Tingalan Jumenengan bulan ini yang saya lihat juga banyak pelanggarannya,” tandasnya.

Pihaknya pun berharap pemerintah selaku pihak yang dulu telah menciptakan kondisi yang ada saat ini untuk melihat dan mempertimbangkan serta mengambil tindakan agar budaya Jawa yang bersumber dari keraton tidak musnah dan punah hanya karena perbuatan Sinuhun yang dinilainya melanggar peraturan adat.

“Harapan saya pemerintah bisa menyelesaikan persoalan yang muncul ini,” harapnya. (jay/muz)