SETS Tingkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

ASMURI, M.Pd Guru SMP Negeri 1 Donorojo Kabupaten Pacitan
ASMURI, M.Pd Guru SMP Negeri 1 Donorojo Kabupaten Pacitan

JATENGPOS.CO.ID- Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) adalah salah satu ilmu dasar yang berorentasi pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi  sesuai dengan jenjang pendidikan formal yang ada. Pembelajaran IPA mempunyai tujuan mendasar dalam  menanamkan dan mengembangkan konsep – konsep ilmiah untuk penemuan. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang berorentasi pada tingkah laku manusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam sekitar  maupun masyarakat, serta perkembangan teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan secara terpadu membahas tema yang kontekstual dan dekat dengan lingkungan siswa.

Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama ( SMP) pada umumnya dalam pembelajaran IPA Terpadu masih belum optimal. Anggapan siswa terhadap pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sulit, identik dengan hitungan dan rumus membuat siswa merasa tidak ingin bertemu dengan pelajaran IPA terlebih lagi dalam pembelajaran di kelas masih sering bersifat teacher center bukan student center. Hal itu berakibat pembelajaran IPA kurang menyenangkan, siswa tidak tertarik, bad mood terhadap IPA dan cenderung tidak mau bertanya sehingga untuk mengeluarkan idenya cenderung beku. Bagaimana untuk mengatasi hal tersebut?

Baca juga:  Picture and Picture, Tingkatkan Hasil Belajar PAI dan BP

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS  (Science, Environment, Technology, and Society) yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan sebutan salingtemas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Langkah-langkah model pembelajaran tersebut dimulai dari pendahuluan (Inisiasi/ invitasi/ apersepsi/ eksplorasi terhadap siswa), pembentukan/pengembangan konsep, aplikasi konsep dalam kehidupan, penyelesaian masalah atau analisis isu, pemantapan konsep, dan penilaian. Masalah-masalah yang disajikan merupakan permasalahan yang terjadi dalam keseharian. Pembelajaran IPA berbasis SETS diangkat sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kelebihan pembelajaran berbasis SETS dapat memperjelas permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkrit dan lengkap sehingga siswa dapat memahaminya dan mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.

Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data: 1) observasi menggunakan lembar observasi untuk melihat kondisi awal siswa dalam pembelajaran dan 2) tes untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada proses pembelajaran. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian  yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

iklan
Baca juga:  Pengintegrasian Karakter Disiplin Pada Pembelajaran

Data yang dihasilkan pada penelitian berupa data observasi dan nilai untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Sebelum melaksanakan pembelajaran diberikan soal Pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kritis.  Prestasi belajar kognitif yang merupakan implementasi kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari data hasil posttest. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan langkah-langkah pembelajaran berbasis SETS. Selanjutnya, diberikan materi untuk memperdalam pengetahuan siswa. Akhir pertemuan diberikan soal postest. Hasil nilai postest dan pretest di olah sehingga akan diperoleh N-gain yang merupakan ukuran peningkatan hasil pretest dan hasil postest. Perolehan nilai berpikir kritis saat pretest sebesar 45,42 sedang saat postest sebesar 81,11 sehingga didapat nilai N-gain rata – rata sebesar 0,6. Hasil N-gain ternormalisasi pada kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut kriteria Hake (1998:1) besaran capaian nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dikategorikan sedang. Pada segi prestasi belajar dikatakan efektif ketika digunakan dalam pembelajaran karena >70% siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal tersebut tidak terlepas dari dampak penggunaan model SETS yang digunakan untuk proses pembelajaran.

Baca juga:  Optimalisasi OSIS Sebagai Wadah Organisasi Sekolah

     Model SETS berhubungan langsung dengan penerapan ilmu pengetahuan untuk mengatasi masalah dengan dihubungkan teknologi dan masyarakat. Model SETS memiliki keterkaitan yang erat dengan kemampuan berpikir kritis siswa, seperti yang disebutkan oleh Jonassen (2011) berpikir kritis sangat penting untuk memecahkan masalah. Seseorang yang berpikir dengan kritis, dapat mengevaluasi hasil pemikiran suatu proses, baik berupa suatu keputusan ataupun seberapa baik suatu masalah dapat dipecahkan (Rodinow dan Barry (1994) dalam Tawil & Liliasari (2013: 8). Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan dapat menjelaskan hubungan sebab akibat dari suatu prinsip atau konsep yang telah dibangun dan dapat mengenali suatu permasalahan yang memiliki kemiripan meskipun dalam topik yang berbeda.

ASMURI, M.Pd
Guru SMP Negeri 1 Donorojo Kabupaten Pacitan
iklan