JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Pemkab Semarang resmi menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla) untuk musim kemarau tahun ini. Penetapan itu berdasarkan Surat Keputusan Bupati Semarang Nomor 360/0309/2024 yang berlaku mulai 31 Juli hingga 31 Oktober 2024.
Dalam rangka antisipasi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang telah menyiapkan lima posko siaga dan alokasi 250 tangki kapasitas masing-masing 5.000 liter air bersih, mengingat pengalaman tahun lalu yang menyalurkan 223 tangki air.
Jumlah tersebut lebih banyak dibanding tahun lalu yang membutuhkan 223 tangki air bersih. Hingga saat ini pihaknya baru melakukan dropping 7 tangki air bersih kepada warga yang membutuhkan.
“Di tahun 2024 ini kami baru melakukan dropping 7 tangki, di antaranya untuk warga Desa Wiru dan Rembes (Kecamatan Bringin), Kandangan (Bawen), Leyangan, Kalongan (Ungaran Timur), dan Ambarawa. Selain itu menyalurkan di beberapa titik di Kecamatan Susukan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Semarang Alexander Gunawan kepada wartawan, kemarin.
Alex mengatakan, kondisi kekeringan di wilayah Bumi Serasi saat ini masih terbilang landai. Apalagi, hujan sesekali masih mengguyur di beberapa wilayah Kabupaten Semarang dan tidak merata.
“Saat ini sudah memasuki musim kemarau, tapi masih sering terjadi hujan, meskipun tidak merata namun bergantian. Boleh dibilang saat ini musim kemarau basah. Kejadian bencana kekeringan masih landai, kami tetap prepare untuk kedaruratan,” tandas Alexander.
Persiapan menghadapi bencana kekeringan itu, lanjutnya, BPBD telah menyiagakan 5 posko, masing-masing posko induk di kantor BPBD, posko Bringin, Tengaran, Ambarawa, dan posko terpadu Bawen.
“Petugas di sana akan standby untuk melayani penyalura air bersih dan support petugas damkar untuk kegiatan pemadaman saat terjadi kebakaran,” tandasnya.
Sementara itu, insiden bencana kebakaran selama 2024 ini di Kabupaten Semarang, disebutkan, telah terjadi 30 peristiwa terdiri dari kejadian 26 kebakaran bangunan dan rumah penduduk, serta 4 lahan di Kalongan, Reksosari Suruh, Pringapus, dan Ungaran Barat.
“Termasuk kebakaran di bangunan Taman Wisata Celosia Bandungan. Penyebabnya karena faktor kelalaian, korsleting listrik, dan aktivitas pemicu kebakaran yang lain,” tambahnya.
Sebagai upaya antisipasi terhadap potensi kebakaran di kawasan Gunung Merbabu seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, pihaknya telah berkoordinasi dengan petugas Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb).
“Kami juga libatkan para relawan di pos Tengaran untuk memantau kondisi di Getasan dan berjaga di posko,” tandasnya.
Demikian juga untuk wilayah Daya Tarik Wisata Candi Gedongsongo. Pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Balai Pelestarian Kebudayaan, Dinas Pariwisata, Balai Pelestarian Cagar Budaya, dan Perhutani dengan membentuk tim satgas penanganan kebencanaan. (muz)