Sinergi dalam Membangun Karakter Generasi Milenia

Dewi Ratnawati,S.Pd Guru SMP Negeri 3 Singorojo Kabupaten Kendal
Dewi Ratnawati,S.Pd Guru SMP Negeri 3 Singorojo Kabupaten Kendal

Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Pada zaman sekarang ini kita kenal luas dengan istilah generasi millennial.

Kebijakan pemerintah tentang Penguatan Pendidikan karakter (PPK) yang terintegrasi dalam Gerakan Revolusi Mental (GNRM), merupakan bagian terpenting yang menjadi payung dalam melaksanakan pembagunan karakter generasi milenial.

Proses pendidikan karakter di lingkungan sekolah tercermin dari visi dan misinya yang memiliki tujuan membentuk karakter baik bagi seluruh warga sekolah. Visi misi tersebut selanjutnya menjadi budaya sekolah. Budaya sekolah berupa karakter karakter baik menjadi kebiasaan warga sekolah (di Utomo; Suara merdeka hal.4, senin 28 januari 2019).

Masalah dekandensi moral generasi muda saat ini semakin membuat miris.Tak luput kejadian demi kejadian terjadi hampir setiap saat. Di lingkungan sekolah, di dalam kelas, murid berani melawan gurunya nampaknya sudah menjadi hal yang lumprah.


Usaha sekolah untuk mengantisipasi maupun untuk menanggulangi hal itu sudah banyak cara. Namun kadang berbagai cara itu seringkali terbentur dengan kurangnya dukungan orang tua yang tentunya kondisinya sangat kompleks. Rata-rata siswa bermasalah di sekolah mereka adalah siswa-siswa yang di rumahnya, di lingkungan tempat tinggalnya, mengalami masalah juga. Dari hasil wawancara dengan siswa ternyata siswa yang di rumah orang tuanya mengalami problem ada kecenderungan di sekolah siswa bermasalah.

Baca juga:  Dengan “Open The Box Wordwall” Belajar Pasangan Huruf Jawa lebih Menyenangkan

Beberapa contoh betapa tingginya pengaruh keadaan keluarga khususnya orang tua menjadi salah satu faktor adalah ketika anak tidak mau atau enggan dan bermalas-malasan menjalankan ibadah disekolah, setelah ditelisik secara mendalam ternyata anak tidak terbiasa menjalankan di rumah dan lebih parah lagi karena di rumah orangtuanya juga tidak menjalankan ibadah.

Siswa merokok di sekolah tidak semata mata keteledoran sekolah saja dalam mengawasi siswa dari pagi sampai siang hari. Hasil wawancara menunjukkan bahwa di rumah sebagian dari mereka diberi kebebasan oleh orangtuanya untuk merokok. Bahkan lebih tragis lagi orang tua tidak segan-segan membelikan rokok untuk dinikmati berdua bersama anaknya.

Perkelahian antar siswa, bahkan perkelahian antara siswa dengan guru dilingkup satu sekolah sering juga terjadi, salah satunya pola pendidikan dirumah yang barangkali mengalami masalah karena ketidaktahuan atau ketidakpahaman orang tua dengan pola asuh anak.

Baca juga:  Tps Tingkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Lingkungan pergaulan siswa juga membawa pengaruh yang kuat. Dengan siapa siswa bergaul, dimana dan melakukan apa perlu mendapatkan perhatian. Pergaulan membawa pengaruh yang kuat karena anak-anak cenderung lebih kuat rasa solidaritas pertemanannya. Bahkan bagi anak-anak pendapat temannya cenderung lebih ditaati atau lebih penting daripada apa yang dinasehatkan oleh guru dan orangtuanya.

Inilah tantangan kita semua, bagaimana kita harus membangun sinergi yang kuat antara keluarga, sekolah dan lingkungan serta tentu saja dari pemerintah, agar karakter generasi muda dijaman millennia terbentuk dengan kuat.Karakter yang berakar budaya bangsa Indonesia. Karakter yang mampu menghadapi tantangan di zaman millennia.Keberhasilan pembangunan karakter generasi milenial akan sangat menentukan masa depan bangsa.

Baca juga:  Kuasai Satuan Baku dengan Model Pembelajaran SFAE

Peran keluarga dalam hal ini orangtua sangatlah penting karena sebagai pondasi pertama peletak dasar karakter generasi mulai sejak dini. Bila sejak kecil calon generasi milenial ini sudah dibekali dengan dasar-dasar agama, kesopanan, dasar etika moral yang baik, mereka tinggal dilingkungan yang baik, sekolah dan pemerintah memberikan polesan yang kuat dalam membentuk generasi berkarakter maka bukan tidak mungkin karakter itu akan terbentuk dengan baik.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan pembangunan karakter perlu membuat regulasi-regulasi yang mencerminkan kekhasan budaya bangsa Indonesia. Regulasi yang tidak bernuasa politik, regulasi yang benar-benar mementingkan kepentingan bangsa dan negara.

Sikap tidak saling menyalahkan yang selama ini terjadi harus dihindari semua pihak, baik orangtua/keluarga, sekolah lingkungan tempat tinggal dan pemerintah dalam menangani tantangan segala masalah yang muncul dalam membentuk generasi milenial adalah wujud dari kekuatan sinergi dalam membentuk generasi yang berkarakter.

.

Dewi Ratnawati,S.Pd
Guru SMP Negeri 3 Singorojo Kabupaten Kendal