Setiap anak lahir dengan keunikannya masing-masing. Guru berperan memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. STEM merupakan pendekatan metadisiplin yang mengintegrasikan 4 disiplin keilmuan yaitu Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (NRC, 2014). Pembelajaran STEM melalui metode SITUTE dapat digunakan untuk melatih keterampilan dan kreatifitas siswa karena menerapkan keterampilan proses sains yang merupakan keterampilan dasar yang sebaiknya dimiliki siswa dalam pembelajaran IPA (Ozgelen, 2012).
Kelas IX A SMP Negeri 1 Brebes tahun pelajaran 2020/2021 memiliki keseragaman pada aspek pengetahuan namun guru meyakini sejatinya merka punya potensi alami masing-masing dan perlu dikembangkan sesuai dengan kodrat zamannya. Oleh karena itu guru menerapkan pembelajaran STEM pada materi bioteknologi melalui metode SITUTE (si tukang tempe) untuk melatih keterampilan dan kreatifitas siswa. Dalam pembelajaran ini, siswa diberi tugas untuk mempraktekkan cara pembuatan tempe di rumah masing-masing (sains), membuat laporan dan kemasan produk tempe (engineering), mengunggah laporan di media sosial masing-masing dengan tidak lupa menandai media sosial guru agar dapat dinilai, dan mempromosikan produk tempe tersebut melalui media sosial masing-masing (teknologi) dan menghitung modal dan harga jual produk tempe (matematika).
Hasilnya menunjukkan siswa terampil dan kreatif dalam mempraktekkan proses pembuatan tempe. Siswa bebas memilih bahan yang digunakan seperti kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, atau bahkan jagung. Perbedaan bahan yang digunakan tentu akan berbeda teknik pembuatannya. Laporan dapat berupa foto atau video. Format laporan yang digunakan beragam baik dari jenis tulisan, warna dan gambar latar, tata letak gambar, dan ukuran gambarnya. Secara umum siswa menggunakan model tulisan, gambar, gambar dengan urutan simbol (bullet), gambar dengan tanda dengan urutan angka (numbering), bagan alir, dan video. Pembelajaran STEM ini juga melatih siswa dalam membuat rancangan model kemasan produk tempe. Nama produk yang digunakan antara lain Raja Tempe, Tempe Kita, Healthy Tempe, Tempe Istimewa, Tempe Sehat Enak. Model yang dibuat antara lain yaitu daun pisang, plastik klip berlabel, plastik tanpa klip berlabel, kertas karton berlabel, kertas dengan tulisan tangan, kantong kertas (paper bag), dan kotak plastik berlabel. Siswa memilih Instagram, facebook, dan youtube untuk mengunggah laporan dan mempromosikan produk tempenya. Dalam kegiatan promosi, siswa menyampaikan nama produk, keunggulan produk, harga produk, dan nomor telepon penjual. Perhitungan modal dan harga jual produk tempe dilakukan dengan merinci bahan apa saja yang diperlukan dan harganya, menjumlah total biaya produksi, membagi biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan, kemudian ditentukan harga jual produk sehingga dihasilkan keuntungan penjualan produk
Metode SITUTE sesuai dengan teori perkembangan anak menurut Piaget. Perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa SMP usia 12-14 tahun adalah tahap operasional formal (Ibda, 2015). Pada tahap ini anak telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, berpikir simbolik, menyelesaikan masalah melalui eksperimen secara sistematis, dan memberikan alasan logis sehingga telah mampu merancang kemasan produk tempe secara mandiri. Pembelajaran STEM melalui metode SITUTE dapat dijadikan sebagai alternatif dalam melatih keterampilan dan kreatifitas siswa, serta memberikan bekal keterampilan hidup bagi siswa di masa yang akan datang dan mendorong guru berinovasi dalam proses pembelajaran bioteknologi dan IPA secara umum.
Oleh :
Lufia Krismiyanti, S.Si., M.Pd. –
Guru IPA SMPN 1 Brebes