Pembelajaran konvensional dengan cara ceramah di depan kelas membuat anak merasa bosan. Aktivitas siswa hanya mendengarkan karena guru cenderung mendominasi proses pembelajaran. Hal ini saya alami setiap menyampaikan materi sejarah dan pelajaran tersebut jatuh pada jam terakhir . Siswa merasa didongengkan oleh guru sehingga timbul rasa kantuk.Untuk menghilangkan rasa jenuh pada siswa dalam mengikuti pembelajaran perlu adanya metode pembelajaran yang menyenangkan.
Sebagai contoh proses pembelajaran yang terjadi di kelas IX A Sekolah Menengah Pertama (SMP) N 1 Tegowanu pada mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar proklamasi. Untuk mengatasi kejenuhan belajar siswa, penulis menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran. Diharapkan dengan metode tersebut siswa lebih aktif berperan dalam belajar dan lebih memahami materi sejarah dan akhirnya memperoleh nilai yang memuaskan.
Menurut Wiryaman (2000 : 1-27) bahwa metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukan kepada siswa tentang masalah-masalah , caranya dengan mempertunjukan kepada siswa masalah bimbingan hubungan sosial tersebut didramatisirkan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Djamarah (2000 : 200) berpendapat bahwa metode sosiodrama adalah cara mengajar yang memberikan kesempatan anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Jusuf Djajadisastra (1985 : 13) mendefinisikan metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memerankan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat atau kejadian-kejadian sosial lainnya. Dari berbagai penjelasan tentang sosiodrama diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sosiodrama adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama.
Materi sejarah peristiwa sekitar proklamasi diajarkan dengan menggunakan metode sosiodrama membuat siswa lebih semangat dalam belajar dan tidak bosan. Hal ini karena setiap siswa berperan aktif memerankan setiap tokoh dalam peristiwa tersebut. Apalagi jika siswa mendapatkan peran sebagai tokoh-tokoh terkenal seperti Soekarno maupun Hatta. Siswa dengan bangga pemainkan peran tersebut seperti tokoh aslinya.
Selain itu metode ini juga membuat siswa mengerti dan paham peristiwa sekitar proklamasi. Hal ini karena siswa berperan sebagai tokoh-tokoh dalam cerita itu sehingga akan lebih mudah menghafal alur ceritanya. Disamping itu siswa harus hafal dialoknya sehingga apa yang diucapkan dan dilakukan tokoh tersebut siswa paham.
Ketika siswa sudah paham maka diakhir pembelajaran akan mendapatkan nilai ulangan dengan predikat memuaskan. Siswa seakan-akan mengalami sendiri peristiwa tersebut sehingga ketika muncul pertanyaan maka akan mudah menjawab pertanyaan tersebut. Materi sejarah yang selama ini dikenal sulit karena harus menghafal menjadi lebih mudah.
Pelajaran IPS materi sejarah yang selama ini kurang diminati dan sulit dipahami siswa berubah menjadi menarik dan lebih mudah dipahami. Kebiasaan siswa pada saat pelajaran IPS selalu mengantuk sekarang tinggal cerita karena siswa sebagai pelaku utama dalam pelajaran. Sekarang siswa merasa senang dalam belajar IPS.
Medote sosiodrama ternyata menjadi solusi permasalahan pada pembelajaran IPS. Metode ini dapat mengubah minat belajar siswa pada materi sejarah sekitar peristiwa proklamasi. Siswa lebih aktif belajar dan tidak bosan dalam pembelajaran. Nilai ulangan siswa juga mengalami peningkatan menuju lebih baik. Dengan demikian metode ini sangat cocok untuk pembelajaran pelajaran IPS terutama pada materi sejarah khususnya. Metode ini dapat diterapkan pula dalam pembelajaran materi lain atau mata pelajaran lain yang sifatnya untuk menanamkan pemahaman.
Basari, S.S.
Guru SMP N 1 Tegowanu Kab. Grobogan