Sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran IPS itu membosankan karena bersifat hafalan dan ingatan. Meski guru sudah menggunakan metode yang beragam, namun terkadang siswa merasa bosan karena metode yang digunakan oleh guru hanya itu itu saja, dimana siswa hanya duduk di bangku saat mengikuti pelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang kita inginkan tidak bisa tercapai secara maksimal. Begitu pula yang terjadi pada siswa SMP Negeri 6 Surakarta kelas 9, minat siswa mengikuti pembelajaran IPS masih rendah dan cenderung malas.
Untuk itu Penulis menerapkan metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS materi Peristiwa Rengasdengklok agar mudah dipahami oleh siswa serta meningkatkan ke”pede”an siswa. Metode pembelajaran sosiodrama memberikan suasana belajar yang interaktif, tidak monoton, memberikan keleluasaan berfikir pada siswa serta siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Metode sosiodrama juga mampu merangsang keberanian siswa untuk berbicara dan tampil di depan kelas, sehingga rasa percaya diri siswa akan tumbuh.
Menurut Abdul Rachman Saleh (2005:200), metode sosiodrama adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan sosial), sedangkan tujuan metode sosiodrama dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa mendapatkan ketrampilan sosial sehingga diharapkan nantinya tidak canggung lagi menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Implementasi metode sosiodrama dalam materi Peristiwa Rengasdengklok di kelas 9, diawali dengan langkah pertama, siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri atas 8 siswa, sesuai dengan jumlah tokoh yang akan diperankan. Guru menjelaskan mengenai peranan-peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosiodrama dan tata cara pelaksanaan sosiodrama serta tugas siswa yang menjadi penonton. Tiap pemeran akan diberikan satu nama dada, misal Bung Karno, Bung Hatta, Sukarni, dan lain-lain. Langkah kedua, guru memberikan penjelasan bagaimana pentingnya materi yang akan diperankan. Guru memperkenalkan para tokoh dan memberikan gambaran dari TKP. Siswa diberikan keleluasaan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya secara spontan. Langkah ketiga, satu kelompok melakonkan sosiodrama, 3 kelompok yang lain menjadi penonton dengan memperhatikan penampilan kelompok satu dan membuat catatan kecil. Kelompok yang bermain peran dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya selama 5-6 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif siswa sendiri. Langkah keempat, melakukan diskusi. Setelah penampilan kelompok pertama, kelompok penonton harus memberian ulasan, saran atas penampilan kelompok pertama tadi, tentang bagaimana tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita Peristiwa Rengasdengklok. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat dan beberapa kesimpulan, Langkah kelima Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton, setelah di dapat kesimpulan dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.
Hasil pembelajaran dengan metode sosiodrama membuat siswa lebih enjoy dalam pembelajaran, lebih aktif, mampu berpikir kritis dan sistematis, untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul di masyarakat, sesuai dengan pendapat Abdul Rahman Saleh(2005:200). Permainan peran menjadikan suasana kelas menjadi lebih hidup, siswa tertarik melihat adegan seperti keadaan sesungguhnya, sehingga siswa lebih dapat menghayati suatu peristiwa, mudah memahami, membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri.
Sunarti, S.Pd
Guru IPS SMP Negeri 6 Surakarta
,